Biaya Medis Indonesia Termasuk Tertinggi di Asia, Melonjak usai Pandemi Covid-19
Mercer Marsh Benefits menyebut Indonesia masih merupakan salah satu negara dengan biaya medis yang tertingi di Asia setelah pandemi Covid-19.
IDXChannel - Laporan Indonesia Health and Benefits Study 2024 dari Mercer Marsh Benefits menyebut Indonesia masih merupakan salah satu negara dengan biaya medis yang tertinggi di Asia.
Hal itu terjadi setelah pandemi Covid-19. Sebab, inflasi medis yang tinggi, kemudahan akses ke fasilitas kesehatan, dan perubahan ragam tindakan medis pasca Covid-19 mendorong kenaikan biaya medis hingga 2024.
Tunjangan kesehatan karyawan berupa rawat inap dan rawat jalan pun menjadi perhatian khusus dengan tingkat prevalensi tertinggi. Situasi ini menegaskan pentingnya pengelolaan employee health benefits, khususnya bagi HR (Human Resources) perusahaan dalam merancang, menawarkan dan mempertahankan program employee health benefits, terutama tunjangan kesehatan bagi karyawan, yang kompetitif dan sesuai dengan pasar.
Head of Consulting and Analytics di Mercer Marsh Benefits Indonesia, Ria Ardiningtyas menjelaskan, banyak perusahaan mulai menyadari pentingnya merancang program kesehatan karyawan yang lebih baik setelah pandemi.
"Kenaikan biaya perawatan dan akses yang lebih mudah ke fasilitas kesehatan membuat perusahaan harus lebih memperhatikan tunjangan kesehatan yang mereka tawarkan," ujar Ria dalam Media Briefing di Kantor Marsh Indonesia baru-baru ini.
Laporan ini menunjukkan bahwa 94 persen perusahaan di Indonesia memberikan tunjangan kesehatan berupa rawat inap, yang mencakup biaya kamar, dokter, dan tindakan medis lainnya. Selain itu, 79 persen perusahaan juga menyediakan manfaat rawat jalan, seperti biaya untuk dokter umum, spesialis, dan obat-obatan.
“Tunjangan ini dapat diberikan melalui asuransi atau dibiayai langsung oleh perusahaan tanpa melalui pihak asuransi,” kata Ria.
Data yang digunakan dalam laporan ini diambil dari portofolio klien MMB, mencakup 24 industri berbeda dengan 470 perusahaan, serta lebih dari 320 ribu anggota yang terdiri dari karyawan, pasangan, dan anak-anak mereka. Industri komunikasi dan media teknologi mendominasi dengan porsi sekitar 13 persen, disusul manufaktur dan jasa personal yang masing-masing mencakup sekitar 9 persen.
Selain itu, laporan ini menyoroti peningkatan penggunaan telemedicine, terutama sejak pandemi Covid-19. Penggunaan layanan ini membantu menurunkan biaya perawatan kesehatan, di mana biaya per sesi telemedicine berkisar antara Rp200-300 ribu, jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya rawat inap yang rata-rata mencapai Rp1,1 juta.
“Sekitar 86 persen perusahaan asuransi di Indonesia kini sudah mengizinkan klaim melalui telemedicine, menunjukkan adaptasi terhadap teknologi digital dalam layanan kesehatan,” ujarnya.
(Febrina Ratna)