News

BMKG Ungkap Faktor Lain yang Pengaruhi Buruknya Kualitas Udara di DKI

Muhammad Farhan 11/08/2023 19:32 WIB

BMKG memaparkan adanya faktor lain yang mempengaruhi buruknya kualitas udara di Ibu Kota DKI Jakarta.

BMKG ungkap faktor lain yang pengaruhi buruknya kualitas udara di DKI

IDXChannel - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memaparkan adanya faktor lain yang mempengaruhi buruknya kualitas udara di Ibu Kota DKI Jakarta. BMKG menilai, faktor iklim kemarau menyebabkan sirkulasi udara tidak berjalan sebagaimana mestinya. 

Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan, setiap musim kemarau, kualitas udara yang buruk cenderung mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya. 

"Hal lainnya yang juga menarik dan perlu dicermati bahwa kondisi kualitas udara itu ada siklus hariannya, pada saat lepas malam hari hingga dini hari cenderung lebih tinggi daripada pagi hingga sore karena ada siklus harian," kata Ardha saat jumpa pers di Gedung B Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jakarta Timur, Jumat (11/8/2023).  

Dia mengungkapkan, selain faktor iklim kemarau, kualitas udara buruk cenderung bertahan karena adanya lapisan inversi. Lapisan inversi adalah lapisan atmosfer hangat yang berada di atas lapisan atmosfer yang dingin. 

Sedangkan dalam kondisi normal, suhu atmosfer seharusnya turun bersama ketinggian, sehingga lapisan atmosfer yang dingin berada di atas lapisan atmosfer yang hangat. 

"Fenomena lain yang juga menarik karena kita juga di wilayah urban. Saat musim kemarau itu ada yang namanya fenomena lapisan inversi," ujar Ardha. 

Karena itu, Ardha menyebutkan, faktor disversi terjadi akibat lapisan inversi yang marak muncul saat musim kemarau. Adapun yang dimaksud faktor disversi adalah suatu proses pergerakan kontaminan melalui udara sehingga menyebarkannya ke area yang luas dan konsentrasi menjadi berkurang. 

"Jadi ketika pagi di bawah permukaan ini (dataran) lebih dingin daripada di atas (langit), sehingga itu mencegah udara itu untuk naik dan kemudian terdispersi," ucap Ardha. 

"Itu penjelasan mengapa Jakarta kelihatan keruhnya di bawah dibandingkan di atas karena setting perkotaannya, di mana kita hidup bersama," lanjut Ardha. 

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PPKL KLHK) Sigit Reliantoro menjelaskan kualitas udara buruk yang terjadi di Jakarta merupakan siklus tahunan yang selalu terjadi di antara Juni hingga Agustus. 

Dia mengatakan, situasi tersebut dikarenakan adanya pengaruh oleh udara dari Timur Indonesia yang kering. 

"Jadi kalau dari segi siklus memang bulan Juni, Juli, Agustus itu selalu terjadi peningkatan pencemaran di Jakarta karena dipengaruhi oleh udara dari Timur yang kering," ujar Sigit. (RNA)

SHARE