News

Kapal Kargo yang Angkut 3.000 Kendaraan dari China Terbakar, Api Diduga dari Mobil Listrik

Febrina Ratna Iskana 05/06/2025 18:21 WIB

Sebuah kapal kargo yang mengangkut 3.000 kendaraan dari China terbakar di Samudera Pasifik. Api diduga berasal dari mobil listrik.

Kapal Kargo yang Angkut 3.000 Kendaraan dari China Terbakar, Api Diduga dari Mobil Listrik. (Foto: CarnewsChina)

IDXChannel - Sebuah kapal kargo terbakar di Samudera Pasifik pada Selasa (3/6/2025) hingga Rabu (4/5/2025). Kapal itu membawa lebih dari 3.000 kendaraan, termasuk ratusan model listrik dan hybrid.

CarnewChina  pada Kamis (5/6/2025) menyebut kapal bernama Morning Midas sepanjang 600 kaki berbendera Inggris yang dikelola oleh Zodiac Maritime itu sedang dalam perjalanan menuju pelabuhan Lázaro Cárdenas, Meksiko, dengan perkiraan kedatangan pada 15 Juni 2025. Kapal tersebut berangkat dari China pada akhir bulan Mei, berhenti di Yantai, Guangzhou, dan Shanghai.

>

Menurut Zodiac Maritime, kapal tersebut mengangkut 3.048 kendaraan, termasuk 70 mobil listrik penuh dan 681 mobil hibrida. Kapal tersebut juga membawa sekitar 350 metrik ton gas cair dan 1.530 ton bahan bakar minyak berkadar sulfur sangat rendah (VLSFO).

Adapun kebakaran terjadi saat kapal berada sekitar 300 mil di selatan Pulau Adak, Alaska. Awalnya, awak kapal mendeteksi asap mengepul dari dek tempat menyimpan kendaraan listrik pada 3 Juni 2025.

Meskipun telah mengaktifkan sistem pencegah kebakaran CO₂ kapal, api kembali menyala setelah sistem tersebut habis.

Dengan api yang terus berkobar, awak kapal mengeluarkan sinyal bahaya dan menyelamatkan diri dengan sekoci. Seluruh 22 personel berhasil selamat tanpa cedera setelah ditemukan oleh kapal kargo Cosco Hellas di dekatnya.

Penjaga Pantai AS juga mengerahkan tiga kapal penyelamat dan mengirimkan dukungan udara, termasuk pesawat C-130J dan helikopter MH-60T, untuk mengoordinasikan evakuasi dan memantau kebakaran. Sebuah kapal tunda penyelamat telah dikirim ke lokasi kejadian sementara pihak berwenang berupaya memadamkan api dan mencegah kerusakan lingkungan.

Pihak berwenang belum mengonfirmasi merek atau model kendaraan yang terlibat dalam insiden tersebut. Morning Midas, yang dibangun pada tahun 2006 dan mampu mengangkut hingga 6.000 mobil, dimiliki oleh Hawthorn Navigation Inc. dan dioperasikan oleh Zodiac Maritime.

Risiko Kebakaran Mobil Listrik

Insiden tersebut menyoroti tantangan yang semakin besar dalam mengelola kebakaran yang melibatkan baterai lithium-ion di laut. Para ahli telah lama memperingatkan bahwa kebakaran baterai kendaraan listrik sulit dipadamkan karena adanya thermal runaway, yang dapat menyebabkan baterai menyala kembali atau menyebarkan api ke unit di dekatnya.

Direktur International Association of Fire Fighters, Sean DeCrane, mencatat kebakaran Morning Midas tampak konsisten dengan perilaku sistem kendaraan listrik, terutama dalam kasus yang melibatkan sistem CO₂ yang tidak dapat mencegah api kembali menyala.

Spesialis keselamatan kebakaran Dr Brian Mayer menambahkan bahwa memadamkan satu kebakaran kendaraan listrik biasanya membutuhkan air hingga 10.000, jumlah yang tidak praktis di atas kapal. Selain itu, menggunakan air laut bermasalah karena sifatnya yang korosif, yang dapat menimbulkan risiko tambahan pada sistem di atas kapal.

Kebakaran tersebut kembali menggemakan bencana serupa pada 2022 yang melibatkan Felicity Ace, yang tenggelam setelah terbakar selama hampir dua minggu di Samudra Atlantik. Kapal itu mengangkut hampir 4.000 kendaraan mewah, termasuk model Porsche, Bentley, dan Audi.

Perusahaan asuransi juga semakin khawatir terhadap risiko kebakaran di atas kapal pengangkut kendaraan. Allianz Commercial melaporkan bahwa insiden kebakaran maritim mencapai titik tertinggi dalam 10 tahun pada 2024.

Tinjauan Pengiriman dan Keselamatan 2025 menyatakan skala kapal modern, dikombinasikan dengan kompleksitas operasi pemadaman kebakaran dan penyelamatan, membuat risiko asuransi tetap tinggi.

Sementara itu, Zodiac Maritime menegaskan kembali prioritasnya yaitu keselamatan awak kapal dan perlindungan lingkungan laut yang berkelanjutan. Seiring dengan perkembangan situasi, otoritas maritim bekerja sama erat dengan operator kapal untuk menentukan langkah selanjutnya.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE