News

Kasus Dugaan Korupsi Timah, Biaya Pemurnian Smelter Swasta Lebih Murah dari PT Timah

Nur Khabibi 05/10/2024 16:23 WIB

Biaya pemurnian smelter swasta ternyata lebih murah dari PT Timah.

sidang lanjutan kasus dugaan korupsi timah yang digelar di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat (Nur Khabibi/MPI)

IDXChannel - Biaya pemurnian smelter swasta ternyata lebih murah dari PT Timah (TINS). Hal ini diketahui dari sidang lanjutan kasus dugaan korupsi timah yang digelar di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, Kamis (4/10/2024). 

Jaksa KPK saat itu menghadirkan Direktur Operasi dan Produksi PT Timah periode 2017-2020 Alwin Albar untuk Terdakwa Harvey Moeis.

Dalam kesempatan itu salah satu poin yang disampaikan oleh Alwin terkaiot latar belakang kerja sama antara PT Timah dengan lima Smelter yang kini terseret dalam pengusutan kasus dugaan korupsi timah.

Alwin mengakui jika inisiatif kerja sama ini datang dari pihak PT Timah kala itu.

Alasan paling mendasar, kata dia dalam persidangan, adalah untuk menutup gap atau selisih antara kapasitas produksi timah oleh PT Timah, dengan target produksi yang dicanangkan.

"Terkait dengan kebutuhan, penawaran ini yang lebih membutuhkan adalah PT Timah. Terdapat beberapa fakta berkaitan dengan kemampuan smelter atau tanur yang dimiliki PT Timah, memiliki kapasitas produksinya tidak dapat mencapai target. Juga, untuk maksimal kapasitas produksi pada tahun 2017/2019 adalah sebanyak 30.000 ton," kata Alwin.

Dalam kesempatan itu, dia menjelaskan soal biaya peleburan smelter swasta yang dalam persidangan sebelumnya disebutkan berkisar USD2.000-USD2.500 per ton dianggap lebih mahal ketimbang biaya peleburan oleh smelter milik PT Timah sendiri yang berkisar USD1.000 per ton.

Menurutnya, justru biaya peleburan oleh smelter swasta masih lebih murah ketimbang total biaya peleburan yang dilakukan oleh PT Timah sendiri.

"Untuk USD1.000 per ton adalah biaya murni peleburan di PT Timah yang belum termasuk biaya lain," kata dia.

Dalam kerja samanya, lanjut dia, biaya yang harus dibayarkan PT Timah ke smelter swasta total sebenarnya adalah USD4.000 per Ton. Itu sudah termasuk biaya peleburan, pengangkutan dan biaya lainnya.

"Sementara, untuk komponen biaya yang sama, total biaya yang harus dikeluarkan PT Timah untuk melakukan produksi adalah mencapai USD6.000 per ton," katanya.

"Bahwa total cost untuk kerja sama dengan smelter swasta masih lebih murah dibandingkan dengan PT Timah sendiri," kata dia.

Pernyataan Alwin dikuatkan pernyataan saksi lain yang dihadirkan dalam persidangan tersebut yakni mantan Direktur Keuangan PT Timah Tbk Emil Ermindra.

Emil menjelaskan, angka USD900-1.200 per ton sebagai biaya produksi timah pada smelter Muntok milik PT Timah merupakan harga yang dikeluarkan unit metalurgi Muntok. Angka tersebut belum memasukan biaya pokok pendapatan dan biaya lainnya.

Dia membeberkan, keseluruhan biaya yang dikeluarkan PT Timah untuk mendapatkan logam dengan komponen bahan baku bijih timah, gaji dan tunjangan, penyusutan dan amortisasi, royalti, bahan bakar, pemakaian suku cadang, jasa pihak ketiga, pajak, transportasi, pemakaian bahan langsung bisa mencapai USD5.500 sampai USD6.000.

"Angka ril pada tahun 2017 sebesar USD6.200," kata dia.

Dari paparan itu, dia menjelaskan bahwa kisaran biaya USD5.500 sampai USD6.000 yang dikeluarkan PT Timah jelas lebih mahal bila dibandingkandengan fixed cost sewa menyewa smelter swasta yang USD4.000

"Fixed cost sewa menyewa smelter swasta USD4.000 pasti akan dipilih karena harga tersebut masih di bawah beban pokok pendapatan PT Timah," kata dia.

(Nur Ichsan Yuniarto)

SHARE