KNKT Beberkan Kronologi KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam, Kapal Miring setelah 30 Menit Melaut
KNKT membeberkan kronologi detik-detik KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di perairan Selat Bali.
IDXChannel - Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membeberkan kronologi detik-detik KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di perairan Selat Bali.
Hasil monitoring KNKT kapal memang terdeteksi sempat mengalami kemiringan.
Plt. Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Pelayaran KNKT, Anggiat mengatakan, temuan ini merupakan hasil dari keterangan saksi dan awak kapal yang ditemukan selamat. Keterangan saksi sudah dipastikannya disinkronisasi dengan CCTV.
Anggiat menjelaskan KMP Tunu Prataga Jaya bertolak meninggalkan Pelabuhan Ketapang pada pukul 22.51 WIB untuk melakukan perjalanan ke Pelabuhan Gilimanuk di Bali.
"Ketika kapal bertolak, tidak ada anomali atau kemiringan atau keadaan yang tidak biasa. Kemudian juga mesin beroperasi dengan normal. Visibilitas atau jarak pandang juga cukup baik. Tidak ada hujan dan tidak berkabut," kata Anggiat dalam Rapat Kerja Bersama Komisi V DPR RI, Selasa (8/7/2025).
Setengah jam atau 30 menit setelah melaut, Mualim Jaga mulai merasakan kapal miring. Dari hasil investigasi ini, kapal diketahui miring ke arah sebelah kanan.
"Setelah sekitar 30 menit pelayaran mualim jaga di anjungan, merasakan kemiringan kapal ke sebelah kana," kata dia.
Di saat yang bersamaan, Juru Mudi Jaga dan Kelasi Jaga juga melihat air laut mulai masuk ke kamar mesin melalui pintu kamar mesin. Peristiwa ini juga disafsikan Juru Minyak Jaga.
"Jadi kami konfirmasi bapak dengan antara informasi yang kami terima dari juru mudi jaga dan juru minyak. Jadi menyatakan hal yang sama," kata Anggiat.
Kejadian itu membuat juru minyak langsung berlari keluar dari kamar mesin. Mualim jaga juga langsung memerintahkan awak kapal untuk membantu penumpang mengenakan jaket pelampung dan persiapan evakuasi.
"Sementara nahkoda yang saat itu sedang beristirahat segera dibangunkan oleh mualim jaga," kata dia.
Anggiat menuturkan Nahkoda saat itu langsung mengambilalih kemudi. Di saat yang bersamaan nahkoda juga memancarkan sinyal bahaya di Radio VHF frekuensi 16.
"Kemudian nahkoda segera mengambil alih kemudi dan memancarkan berita marabahaya di radio VHF frekuensi 16," kata Anggiat.
Di titik ini, kendaraan bagian belakang kapal mulai bergeser dan bertumpu di sisi kanan. Kondisi ini juga yang menyebabkan kapal semakin terus bertambang miring ke sebelah kanan.
"Yang pada awalnya dalam keadaan masih perlahan-lahan (kemiringan) kemudian semakin cepat," katanya dia.
Beberapa menit setelah panggilan darurat kapal mulai tenggelam dengan kondisi buritan atau bagian belakang kapal tenggelam terlebih dahulu sambil miring ke kanan.
Dua kapal yakni Kapal Gilimanuk I dan Tunu Praja Pratama 3.888 sebenarnya berada di dekat lokasi. Namun evakuasi sulit dilakukan lantaran kondisi pandangan yang gelap.
"Kapal Gilimanuk I dan Tunu Praja Pratama 3888 yang juga ada di sekitar lokasi mencoba menyoroti lampu ke arah Tunu Pratama jaya namun kesulitan juga untuk mengenali objek terapung karena kondisi dalam keadaan gelap," kata dia.
(Nur Ichsan Yuniarto)