Menkes Klaim Subvarian Covid-19 BF7 Tak Tembus Antibodi Masyarakat Indonesia
Menkes menegaskan subvarian BF7 tidak mampu menembus sistem kekebalan tubuh (antibodi) masyarakat Indonesia. Terbukti tidak ada lonjakan kasus Covid-19.
IDXChannel - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan subvarian BF7 tidak mampu menembus sistem kekebalan tubuh (antibodi) masyarakat Indonesia. Hal itu berdasarkan jumlah kasus Covid-19 yang tetap landai meski ada subvarian baru.
Subvarian BF7 pertama kali ditemukan di Indonesia pada Oktober 2022. Namun, jumlah kasus terkonfirmasi hanya sebanyak 15 kasus.
Hal itu berbeda dengan China yang mengalami kenaikan kasus Covid-19 akibat subvarian BF7 dan BA.2.75. Sejauh ini, ada tiga subvarian yang memicu terjadinya gelombang Covid-19 di Cina antara lain BA.5, BF7 dan BA.2.75.
Menurut Menkes, subvarian yang dianggap kuat di China ternyata bisa dilawan dengan kekebalan yang telah terbentuk di Indonesia. "Yang BF7 tidak ada pergerakan yang berarti,” ujar Menkes saat ditemui wartawan di Masjid At Tanwir di Jakarta, Selasa (3/1/2023)
Lebih lanjut, Menkes menyebut subvarian BA.5 itu paling kuat di Indonesia. Disusul oleh BA.2.75. Sementara di China, subvarian BA.5 dan BF7 sama-sama kuat, disusul oleh subvarian BA.2.75.
“Ini membuktikan apa? Memang varian-varian baru itu enggak bisa menembus sistem pertahanan (antibodi) masyarakat kita," jelas Menkes.
Adapun, antibodi yang didapatkan masyarakat tidak lepas dari peran vaksinasi Covid-19. Manfaatnya bisa dirasakan yaitu mampu terhindar dari kegawatdaruratan atau terinfeksi subvarian baru yang hadir.
"Pada masa perang kita harus tahu musuhnya siapa dan kita mesti kuat sistem pertahanan. Kita alhamdulillah rezeki anak sholeh, imunitas kita luar biasa kuat kombinasi dari vaksinasi dan infeksi, jadi ada secara buatan kita suntik tapi ada secara alamiah memang terjaga," ucap Budi
Seperti diketahui, virus SARs-COV-2 yang muncul pertama kali di China pada akhir 2019 terus bermutasi dengan memunculkan varian dan subvarian baru. Beberapa di antaranya Delta, BA.4 dan BA.5, dan XBB dan BQ.1, hingga BF7.
Menurut Juru Bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril menyebut munculnya berbagai varian itu merupakan hasil mutasi virus dan merupakan hal yang alami.
"Virus ini (SARS-CoV-2) bermutasi terus dari yang alpha, beta sampai ke omicron. Jadi kita sudah terbiasa dengan mutasi ini," pungkas dr. Syahril dilansir dari YouTube RRI Net Official, Kamis (16/6/2022)
(FRI)