Ibadah Haji Tersendat, BI: Likuiditas Dana Harus Dikelola Hati-hati
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo memberi tanggapan terkait keterbatasan jamaah untuk berhaji akibat masa pandemi.
IDXChannel - Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan keterbatasan jamaah haji di masa pandemi cenderung berdampak jangka panjang terhadap kuota jemaah haji juga menyebabkan akumulasi dana haji yang lebih besar lagi.
Akumulasi dana haji yang muncul mengakibatkan meningkatnya likuiditas dana syariah dan harus dikelola dengan baik untuk memenuhi kebutuhan biaya yang semakin meningkat namun tetap tidak mempengaruhi stabilitas sistem keuangan.
"Hal ini dikarenakan manajemen yang menerapkan prinsip kehati-hatian dan perlindungan nasabah. Ini adalah gagasan utama tentang bagaimana pendirian lembaga pengelola dana haji industri adalah langkah penting untuk menciptakan dan melestarikan pemanfaatan dana lindung nilai secara profesional," kata Dody pada pembukaan ISEF 2021 - Islamic Investment Forum Day 1 secara virtual, Rabu (27/10/2021).
Sebelum merebaknya pandemi Covid-19, setiap tahun sekitar 2 hingga 3 juta umat Islam di seluruh dunia menunaikan ibadah haji. Dan menurut otoritas umum statistik Arab Saudi jumlah jemaah haji 2019 hanya mencapai 2,4 juta jemaah. Apalagi, penyelenggaraan haji tahun ini hanya terbuka untuk jemaah internal dan dalam jumlah terbatas sekitar 60.000 yang datang sebagai penegasan niat kemanusiaan dari kepemimpinan Saudi untuk memprioritaskan kesehatan dan keselamatan jemaah dan tanah airnya.
Menurut Dody hal ini karena ekonomi global terus pulih, penting untuk mengidentifikasi posisi siklus untuk menemukan peluang terbaik untuk pertumbuhan dan nilai. Di lingkungan pasca pandemi, investor perlu berpikir 'out of the box' termasuk alokasi untuk berinvestasi dan solusi alternatif.
“Saya mengamati di tengah pemulihan ekonomi global kinerja pasar keuangan syariah terus membaik bahkan lebih baik lagi. Menurut laporan terbaru dari keadaan ekonomi islam global total aset keuangan Islam berdiri sekitar mendekati USD3 triliun pada akhir tahun 2020 dan diperkirakan akan meningkat mendekati USD4 triliun pada tahun 2024," jelasnya.
Sejalan dengan itu pasar modal syariah dan pasar uang yang digerakkan oleh sukuk tumbuh pesat di sejumlah negara. Berdasarkan laporan sukuk IMF baru-baru ini ditemukan bahwa penerbitan sukuk global telah mencapai hampir USD175 miliar pada tahun 2022.
Dengan cost standing sukuk mencapai sekitar USD150 miliar, ini merupakan jumlah tertinggi dari total penerbitan sukuk dengan pertumbuhan hampir 20% year to date
“Saya merasa global sukuk outlook memberikan peluang investasi yang menjanjikan bagi pengelolaan dana haji dalam mengelola portofolio syariahnya, pada saat ini pengelolaan dana haji harus disampaikan berdasarkan prinsip syariah dan dilakukan secara profesional dan aman dalam hal investasi. instrumen harus aman manfaat dan cair," katanya.
(IND)