Apple Tarik- Ulur Investasi di Indonesia, Ekonom Ungkap Penyebabnya
Negosiasi investasi Apple di Indonesia berlangsung sangat alot. Raksasa teknologi asal AS itu belum memberikan tanda-tanda membangun pabrik iPhone di Indonesia.
IDXChannel - Negosiasi investasi Apple di Indonesia berlangsung sangat alot. Raksasa teknologi asal AS itu belum memberikan tanda-tanda membangun pabrik iPhone di Indonesia.
Lantas kenapa investasi Apple untuk membangun pabrik iPhone belum juga bisa tercapai?
Peneliti Ekonomi Digital Celios, Dyah Ayu Febriani, mengatakan kurangnya kemampuan sumber daya manusia dalam negeri menjadi faktor utama Apple untuk mengalokasikan modalnya di Indonesia.
"Untuk teknologi ini sendiri, kita harus mengetahui bahwa Human Capital Index Indonesia ini masih rendah dibandingkan Singapura, Malaysia, maupun Vietnam. Jadi, pemerintah selain harus membenahi adanya regulasi dan juga pemberdayaan insentif fiskal maupun non fiskal," ujar Dyah.
Dyah menyebut pemerintah perlu menyiakan sumber daya manusia di Indonesia agar lebih tanggap dalam peningkatan kemajuan teknologi. Menurutnya, ini bisa dilakukan dengan memberikan pelatihan dan pendidikan lebih kepada masyarakat.
"Seperti halnya tidak hanya pemberdayaan pendidikan, pelatihan lapangan saja, tetapi juga harus masuk ke dalam pelatihan teknologi super canggih yang akan nantinya diinvestasikan oleh Apple," kata dia.
Sementara itu, Ketua Umum Indonesian Digital Empowerment Community (IDEC), M. Tesar Sandikapura, membeberkan beberapa faktor yang menjadi penghambat Apple belum menggelontorkan dananya untuk membangun pabrik iPhone di Indonesia.
Faktor yang pertama yaitu sumber daya manusia dalam negeri yang dinilai belum cukup mampu mengikuti teknologi super canggih yang dimiliki Apple. Di sisi lain, terdapat rantai pasok yang lebih panjang serta birokrasi yang sangat kompleks.
"Kalau saya lihat banyak faktor, salah satunya masalah kekuatan skill kita sebagai karyawan teknologi. Kedua, mungkin masalah supply chain, yang mungkin bisa jadi lebih jauh, sehingga rantai pasoknya lebih panjang. Terakhir, saya agak sanksi juga masalah birokrasi kita yang masih cukup berbelit-belit," kata Tesar, Jumat (10/1/2025).
"Ini saya ingin melihat dari pemerintah dulu, apakah mereka sudah melakukan studi banding terhadap Vietnam, bahwa Indonesia memang kurang layak, kenapa Apple masih melihat Vietnam menjadi primadona selain Indonesia. Mungkin itu dulu yang harus dilihat oleh pemerintah kita," tambahnya.
(Febrina Ratna)