Technology

Jepang Terseret Pusaran Perang Chip Semikonduktor, Bakal Sepanas Apa?

Maulina Ulfa - Riset 31/03/2023 16:08 WIB

Pemerintah Jepang menyatakan berencana untuk membatasi ekspor 23 jenis peralatan manufaktur semikonduktor pada Jumat (31/3/2023).

Jepang Terseret Pusaran Perang Chip Semikonduktor, Bakal Sepanas Apa? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah Jepang menyatakan berencana untuk membatasi ekspor 23 jenis peralatan manufaktur semikonduktor pada Jumat (31/3/2023).

Langkah Jepang disebut sebagai upaya untuk menyelaraskan kontrol perdagangan teknologinya dan dorongan dari AS yang berupaya membatasi kemampuan China membuat chip canggih.

Kementerian Industri Perdagangan dan Industri Jepang dalam siaran pers mengatakan akan memberlakukan kontrol ekspor pada enam kategori peralatan yang digunakan dalam pembuatan chip. Produsen komponen chip nantinya perlu meminta izin ekspor untuk semua wilayah.

“Kami memenuhi tanggung jawab kami sebagai negara teknologi untuk berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas internasional. Tujuan kebijakan ini adalah untuk menghentikan penggunaan teknologi canggih untuk tujuan militer,”ujar rilis resmi Kementerian Perdagangan dan Industri Jepang.

Pembatasan ekspor, yang akan mulai berlaku pada bulan Juli mendatang ini kemungkinan akan mempengaruhi peralatan yang diproduksi oleh perusahaan teknologi utama Jepang, seperti Nikon, Tokyo Electron, Screen Holdings, dan Advantest.

“Kami berharap dampaknya pada perusahaan domestik akan terbatas. Kami tidak memikirkan satu negara tertentu dengan langkah-langkah ini,” kata Menteri Perindustrian Jepang, Yasutoshi Nishimura, dalam jumpa pers, Jumat (31/3).

Perang Semikonduktor Babak Baru

Jepang menjadi salah satu negara yang pernah mendominasi produksi chip semikonduktor. Meski pangsa pasar globalnya merosot hingga sekitar 10%, Jepang masih menjadi pemasok utama mesin pembuat chip dan bahan semikonduktor.

Meski demikian, market size produksi semikonduktor Jepang secara global diproyeksikan akan mencapai USD679,6 juta di tahun ini dengan pertumbuhan mencapai 5,1%. (Lihat tabel di bawah ini.)

Industri chip semikonduktor menjadi perbincangan serius dalam setahun terakhir di tengah persaingan teknologi China dan Amerika Serikat (AS).

Pada 2022, menurut data Statista (25/1/2023), Samsung merebut kembali posisi pemimpin pasar dalam industri semikonduktor global dengan pangsa pasar mencapai 10,9%. Adapun Intel menduduki peringkat kedua di antara vendor lainnya, menempati pangsa pasar sebesar 9,7%.

Di antara perusahaan semikonduktor terbesar, sebagian besar memang berbasis di AS. Selain Intel, vendor semikonduktor AS yang terkenal termasuk Micron Technology, Qualcomm, dan Broadcom.

Secara keseluruhan, perusahaan semikonduktor AS menguasai sekitar 50% pasar global, mengungguli beberapa negara Asia-Pasifik seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan China.

Industri semikonduktor global mengembangkan komponen untuk digunakan di berbagai aplikasi termasuk untuk telepon pintar (smartphone), komputer pribadi (PC), dan pusat data.

Selain produk-produk ini, permintaan semikonduktor otomotif diprediksi akan tumbuh karena teknologi mobil saat ini menjadi lebih pintar dan lebih terhubung.

Namun, kelangkaan semikonduktor pada awal 2021 yang berlangsung hingga 2022 juga memengaruhi sejumlah pembuat dan pemasok mobil besar, yang mengakibatkan perlambatan produksi kendaraan.

Perusahaan asal Jepang seperti Tokyo Electron and Screen menghasilkan sekitar seperlima alat pembuat chip dunia, sementara Shin-Etsu Chemical dan Sumco memproduksi sebagian besar silicone wafer, bahan dasar dari komponen microsystem chip.

Keputusan Tokyo ini, bagaimanapun, muncul setelah AS pada bulan Oktober memberlakukan pembatasan besar-besaran pada ekspor alat pembuat chip ke China. Kebijakan ini diambil Gedung Putih dengan alasan kekhawatiran bahwa Beijing berencana menggunakan semikonduktor canggih untuk meningkatkan kekuatan militernya.

Sementara Jepang adalah sekutu utama Washington di Asia Pasifik dan memerlukan peran negeri Sakura agar upaya pembatasan terhadap industri semikonduktor China dapat berjalan efektif.

Sebagai informasi, selain Jepang, Belanda pada Januari lalu juga memberlakukan kebijakan membatasi ekspor peralatan pembuat chip ke China yang dapat digunakan untuk memproduksi chip sub-14 nanometer.

Beda sikap, Tokyo tidak pernah secara terbuka mengakui bahwa ada kesepakatan di balik kebijakan pembatasan ekspor ini.

Chip nanometer ini mengacu pada teknologi industri semikonduktor dengan performa lebih canggih.

Pemerintah Belanda dalam sepucuk surat kepada parlemen negara itu bulan ini juga mengatakan akan membatasi ekspor peralatan pembuat chip. Perusahaan Belanda, ASML, mendominasi pasar untuk sistem litografi yang digunakan untuk membuat sirkuit kecil di dalam chip.

Adapun respon Beijing menuduh AS melakukan upaya hegemoni teknologi dengan kebijakan pembatasan ekspornya. China juga mendesak Belanda untuk tidak mengikuti langkah kontrol ekspor yang digaungkan tersebut.

Dengan keputusan Jepang dan Belanda menahan ekspor chip semikonduktor, pasar sektor teknologi di tahun ini bisa jadi akan lebih bergejolak, terutama semakin memperkeruh perseteruan China-AS. (ADF)

SHARE