IDXChannel - Ekonom Senior DBS Bank, Radhika Rao memprediksi, Bank Indonesia (BI) akan mengerek suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) di akhir tahun sebagai bagian dari upaya BI untuk menjinakkan inflasi.
Proyeksi ini berangkat dari pandangan bahwa inflasi masih menjadi momok utama ekonomi dalam negeri. Hal ini dinilai dapat semakin berimbas buruk terhadap Rupiah, sekaligus menjadi kekhawatiran terbesar pemerintah atas potensi terjadinya resesi di tahun depan.
"Kami memperkirakan suku bunga akan berada di tingkat tertinggi ke angka 5,5%, menyiratkan kenaikan lebih banyak lagi sebesar 75 bps pada akhir tahun," kata Radhika dalam risetnya, dikutip Selasa (25/10/2022).
Tingkat inflasi Indonesia periode September telah menembus level 5,95%. BI juga telah menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan terakhir menjadi 4,75%.
Sebelumnya, Gubernur BI, Perry Warjiyo memperkirakan inflasi akhir 2022 bakal ditutup di level 6,3%, dengan inflasi inti mencapai 4,3%. Penurunan di kisaran 2-4% diperkirakan terjadi pada semester awal tahun 2023.
Radhika menilai, pemerintah masih menghadapi ketidakpastian besar terkait pelemahan Rupiah di tengah arus kenaikan dolar AS, tekanan dana asing, hingga gejolak pasar global.
"Pelemahan mata uang juga menambah tekanan terhadap harga dan melemahkan upaya bank sentral mengendalikan inflasi, sehingga upaya menstabilkan mata uang menjadi hal mendesak," terangnya.
Langkah stabilisasi rupiah (termasuk intervensi) juga akan berlanjut. Kisaran defisit transaksi berjalan melebar hingga 0,4-1,2% dari PDB.
Terlepas dari tekanan depresiasi baru-baru ini (-8,5% sejak awal tahun), Rupiah masih termasuk di antara mata uang kawasan dengan kinerja di atas rata-rata sejak awal tahun berkat dukungan kuat neraca perdagangan.
(FAY)