NIM BCA hingga November 2024 tercatat 5,73 persen, meningkat 22 basis poin dan sesuai dengan target manajemen untuk tahun 2024 diperkirakan berada di kisaran 5,7–5,8 persen. Kenaikan NIM ini didorong oleh perubahan komposisi aset, di mana BBCA mengalihkan penempatannya dari Bank Indonesia ke obligasi pemerintah dan kredit yang memberikan yield lebih tinggi.
Kemudian pendapatan non bunga (Non-Interest Income atau Non-II) BBCA tercatat Rp1,9 triliun pada November 2024, naik 91 persen dibandingkan tahun lalu, meskipun turun 27 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Selama 11 bulan pertama 2024, Non-II sempat naik 7,5 persen yoy.
BCA mencatatkan pertumbuhan kredit 15,5 persen yoy hingga November 2024, meningkat dibandingkan dengan kinerja hingga Oktober 2024 yang tercatat 14,2 persen yoy, melampaui target manajemen yang diperkirakan berada di kisaran 10–12 persen.
Kenaikan ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya 3,5 persen, yang membuat Loan-to-Deposit Ratio (LDR) naik menjadi 79 persen.
BBCA juga mencatatkan beban provisi sebesar Rp236 miliar pada November 2024, setelah adanya pembalikan beban provisi pada Oktober 2024 dan November 2023.
Biaya kredit BBCA pada November 2024 tercatat 0,33 persen, sehingga CoC selama 11 bulan terjaga di level 0,23 persen, lebih rendah 8 basis poin dibandingkan tahun lalu, dan lebih baik dari target manajemen untuk sepanjang tahun 2024 yang berada di kisaran 0,3–0,4 persen.
(Rahmat Fiansyah)