sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

OCBC NISP Beberkan Strategi Hadapi Ancaman Inflasi dan Resesi 

Banking editor Anggie Ariesta
20/10/2022 14:13 WIB
PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) mengungkap strategi yang bisa dipersiapkan anak muda untuk menghadapi ancaman resesi dan inflasi.
OCBC NISP Beberkan Strategi Hadapi Ancaman Inflasi dan Resesi. (Foto: MNC Media)
OCBC NISP Beberkan Strategi Hadapi Ancaman Inflasi dan Resesi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) mengungkap strategi yang bisa dipersiapkan anak muda untuk menghadapi ancaman resesi dan inflasi. National Network Head A Bank OCBC NISP, Faren Indirawati Tjong mengatakan, persiapan untuk menghadapi masalah tersebut adalah perlunya sehat finansial.

"Ini merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk belajar mengelola keuangan mereka secara gratis. Hal yang mereka perlu terapkan hanyalah keinginan dan kedisiplinan untuk mendapatkan hasil yang nyata," ujar Faren dalam Konferensi Pers Peluncuran Financial Fitness GYM (FFG) di The COVE, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Kamis (20/10/2022). 

Di tengah laju inflasi dan ancaman resesi, edukasi terkait kesehatan finansial untuk generasi muda terasa semakin krusial. Dengan adanya FFG PIK ini, Bank OCBC NISP siap bikin Jakarta lebih sehat finansial, agar mereka bisa memilih keputusan finansial yang bijak.

Financial Fitness Gym merupakan kantor cabang Bank OCBC NISP yang berbentuk experience centre - dimana masyarakat datang ke kantor cabang tidak sekadar untuk bertransaksi,namun mengedepankan edukasi dengan konsep ‘financial fitness sama dengan physical fitness.’ Artinya, sama seperti kesehatan tubuh, menjaga kesehatan finansial juga tidak bisa instan. Perlu strategi khusus dan yang paling penting, diperlukan komitmen untuk rajin berlatih.

Hasil survey OCBC NISP Financial Fitness Index 2022 menunjukkan bahwa skor finansial generasi muda di Indonesia masih rendah, yaitu 40.06. Terlebih, sebanyak 78 persen menyatakan mereka tidak sepenuhnya memahami risiko dan manfaat dari produk investasi. Mereka cenderung berinvestasi karena mengikuti tren di masyarakat dan menganggap investasi adalah cara cepat untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Padahal, hanya 22% yang benar-benar paham mengenai produk investasi yang mereka miliki.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement