Selain itu, Indonesia Re sudah menerapkan perhitungan cadangan jangka panjang untuk asuransi kredit, lini bisnis yang menyumbang sekitar 1,77% dari total premi bruto perusahaan.
Indonesia Re pun telah mengadopsi triangulasi untuk bisnis fakultatif dan klaim kerugian tunai untuk bisnis treaty, sedangkan untuk klaim non-cash loss (SOA), perseroan menggunakan simulasi frekuensi dan tingkat keterlambatan laporan SOA.
Sementara untuk bisnis reasuransi jiwa, lanjut Benny, pihaknya telah menerapkan metodologi cadangan praktik terbaik untuk cadangan premi dan cadangan IBNR. Untuk produk jangka panjang seperti Credit Life, Indonesia Re juga menggunakan metode GPV untuk cadangan premi dan chain ladder untuk IBNR.
"Dan reasuransi jiwa juga menggunakan software aktuaria sejak 2018 untuk menghitung GPV bagi cadangan premi," kata dia.
Benny juga menanggapi keraguan Fitch terhadap realisasi suntikan modal dari pemerintah Indonesia, melalui Kementerian BUMN ke Indonesia Re. Menurut lembaga pemeringkat ini, pemerintah dalam 5 tahun terakhir tidak mendukung posisi permodalan perseroan.
Benny menegaskan bahwa Kementerian BUMN telah memberikan sinyal positif terkait dukungan penambahan setoran modal ke Indonesia Re pada 2023. "Saat ini kami sedang menunggu surat resmi Kementerian BUMN terkait dukungan penambahan modal," tegasnya.