Selanjutnya, harga komoditas diperkirakan masih tinggi dan kalaupun mengalami penurunan tetapi terbatas. Bagi Indonesia hal tersebut sangat baik karena negara ini ekspor berbasis komoditas.
"Kemudian perekonomian dan perilaku manusia semakin adaptif menghadapi Covid-19. Namun ada hal-hal perlu kita perhatikan terutama tapering off di Amerika itu pasti akan diikuti dengan naiknya suku bunga dan imbasnya terhadap currency juga," jelasnya.
Selain itu masih merebaknya varian baru Omicron juga masih ada hal yang tidak merata bahwa pemulihan ekonomi global masih mengalami divergensi yang semakin melebar.
"Penentunya dari divergensi itu adalah kemampuan negara mengelola pandemi dan vaksinasi, kemudian kita juga melihat BI menaikkan suku bunga acuannya dan ruang fiskal untuk melakukan stimulus semakin terbatas," katanya.
Secara singkat, BRI masih optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,9% - 5,9% dari berbagai lembaga. BRI juga tetap optimis terhadap data makro dan semakin mendalami potensi bisnisnya.
"Setelah kita ukur memang di triwulan III-2021 itu aktivitas UMKM menurun, tapi kepercayaan terhadap pemerintah masih cukup tinggi, kemudian kita dalami lagi di Q4 semua indeks membaik," kata Sunarso.
Artinya, UMKM memiliki optimisme tinggi bahwa 3 bulan kedepan atau kuartal I-2022, mereka optimis bisnis mereka bisa tumbuh dan dikembangkan.
Kemudian yang tak kalah penting, indeks kepercayaan kepada pemerintah oleh pelaku bisnis UMKM relatif masih tinggi.
(SANDY)