The Fed Hawkish hingga Juni
Sementara itu, pasar masih sangat menanti langkah The Fed di tengah meningkatnya ketidakpastian kapan bank sentral AS ini akan menghentikan siklus kenaikan suku bunga saat ini.
Fed Fund Rate (FFR) berjangka menunjukkan bahwa pasar memperkirakan peluang hampir 90% untuk kenaikan 25 basis poin (bps) di bulan Mei, dengan peluang kecil kenaikan 25 bps lagi di bulan Juni.
Pada RDG Maret lalu, gubernur BI juga tetap meyakini The Fed akan tetap menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi di AS meskipun negeri Paman Sam tersebut tengah dilanda huru-hara perbankan.
“Bacaan kami, memang inflasi AS menurun, tapi inflasi inti masih sangat lambat karena ekonomi membaik dan ketetatan pasar tenaga kerja. Weak push inflation cukup tinggi dan menyebabkan inflasi inti relative tinggi,” jelas Perry.
Menurut Perry, stabilitas sistem keuangan AS sudah bukan lagi menjadi pertimbangan The Fed untuk menaikkan suku bunga atau tidak.
“Kami di Bank Indonesia melihat The Fed akan lebih mempertimbangkan faktor-faktor fundamental seperti inflasi dan pasar tenaga kerja. Untuk itu, kami menggunakan baseline skenario FFR di mana kami melihat The Fed yang awalnya akan menaikkan suku bunga mencapai 5% menjadi 5,25%-5,5%,” ujar Perry.
Menurut analisis ANZ, akan ada sedikit tekanan untuk kenaikan suku bunga dari sisi eksternal juga, mengingat The Fed yang sangat hawkish dan penguatan rupiah beberapa waktu terakhir.
Sebagian besar bank sentral utama termasuk The Fed diperkirakan akan segera menghentikan siklus pengetatan kebijakan mereka untuk menilai dampak kenaikan di masa lalu dalam menurunkan inflasi. (ADF)