sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

The Fed Tahan Suku Bunga, Kuatnya Ekonomi AS Masih Jadi Sinyal Hawkish

Banking editor Maulina Ulfa - Riset
15/06/2023 11:47 WIB
Teka-teki pasar akan arah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) terjawab sudah.
The Fed Tahan Suku Bunga, Kuatnya Ekonomi AS Masih Jadi Sinyal Hawkish. (Foto: MNC Media)
The Fed Tahan Suku Bunga, Kuatnya Ekonomi AS Masih Jadi Sinyal Hawkish. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Teka-teki pasar akan arah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) terjawab sudah. Jerome Powell dan rekan secara resmi telah menahan laju kenaikan Fed Fund Rate (FFR) di level 5,00% hingga 5,25% pada pertemuan Rabu (14/6/2023).

Menurut Powell, ini menjadi jeda sebagai langkah kehati-hatian untuk memungkinkan The Fed mengumpulkan lebih banyak informasi sebelum menentukan apakah suku bunga perlu dinaikkan lagi. (Lihat grafik di bawah ini.)

Saat ini, kecepatan kenaikan suku bunga dianggap kurang penting dibanding menemukan titik akhir yang tepat yang memperlambat kenaikan inflasi.

Setelah satu tahun terakhir, banyak ekonom dan analis berpendapat bahwa AS telah memasuki fase resesi dan ekonomi sudah mendekati titik panasnya.

Ekonomi AS Jadi Penentu

Meski demikian, The Fed masih mengisyaratkan bahwa biaya pinjaman mungkin masih perlu naik sebanyak setengah poin persentase pada akhir tahun ini.

Ini karena bank sentral AS tersebut bereaksi terhadap kenaikan ekonomi yang lebih kuat dari sebelumnya dan penurunan inflasi yang lebih lambat.

Di bawah proyeksi triwulanan The Fed terbaru, Powell menegaskan perkiraan pertumbuhan ekonomi akan naik sedikit, perkiraan pengangguran turun sedikit dan perkiraan inflasi akan naik.

“Secara keseluruhan, data menunjukkan lebih banyak pengetatan akan diperlukan daripada yang kami duga," kata Powell.

Diketahui sebelumnya ekonomi AS tumbuh sebesar 1,3% tahunan pada Q1 2023, sedikit lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 1,1%.

Pertumbuhan belanja konsumen meningkat lebih dari yang diharapkan menjadi 3,8% dibanding perkiraan sebelumnya sebesar 3,7% meskipun inflasi masih sangat tinggi.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement