"Ada beberapa poin yang membuat BBNI masih layak dilirik. Pertama, penyaluran kredit berkualitas seiring pertumbuhan ekonomi. Lalu kedua, Net Interest Margin (NIM) BBNI yang terus membaik," ujar Analis OCBC Sekuritas, Budi Rustanto dan Farrell Nathanael, dalam riset terbarunya.
Sedangkan poin ketiga, menurut dua analis tersebut, yaitu kualitas aset yang baik dengan coverage ratio yang memadai. Sementara poin keempat adalah terkait pengembangan solusi digital untuk memperkuat CASA, dan terakhir, likuiditas yang cukup kuat untuk memenuhi permintaan kredit yang terus meningkat.
Sehingga, dengan merujuk pada riset tersebut, maka kenaikan jumlah pemegang saham BBNI secara konsisten bisa dinilai wajar dan tidak mengherankan.
Melihat laporan keuangan terbaru, kinerja BBNI juga menggembirakan. Mengutip laporan keuangan di situs resmi BBNI, penyaluran kredit BBNI sepanjang Mei 2024 mencapai Rp708,8 triliun, naik 12,6 persen dibanding Mei 2023 yang sebesar Rp 629,4 triliun. Pendapatan bunga BBNI juga naik 5,2 persen menjadi Rp 26,09 triliun dibanding Mei 2023 yang sebesar Rp24,8 triliun.
Dari kinerja tersebut, BBNI berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp8,56 triliun dibanding Mei 2023 yang sebesar Rp8,44 triliun. Untuk Dana Pihak Ketiga (DPK), khususnya deposito, BBNI mencatat kenaikan hingga tiga persen.