“Meskipun kami pantau top tiernya dari transaksi nasabah, yang lain tetap kami kembangkan, jadi kami tidak akan berhenti, dan kami akan dorong terus untuk improvisasi,” ujar Andrijanto.
Peningkatan kinerja BRImo ini turut memengaruhi fee-based Income (FBI) BRI Group yang tercatat tumbuh 12,19% yoy menjadi senilai Rp15,56 triliun.
Di samping itu, pertumbuhan fee-based income BRI juga didorong meningkatnya bisnis AgenBRILink, yaitu agen layanan bank dengan model bisnis sharing economy bersama masyarakat, yang jumlahnya telah mencapai lebih dari 698 ribu agen dengan total nilai transaksi yang meningkat 20,77% menjadi sebesar Rp1.163 triliun.
Dari sisi operasional, transformasi digital yang terus dilakukan perseroan mampu meningkatkan efisiensi dalam operasional bisnis BRI.
Hal tersebut tercermin dari rasio BOPO atau Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional dan CIR alias Cost to Income Ratio yang secara konsisten semakin membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Rasio BOPO BBRI membaik dari semula 68,36% menjadi 68,07% dan CIR membaik dari semula 42,55% menjadi 41,28%
(DES)