Mamit menuturkan, Pertamina sudah cukup banyak membeli blok-blok migas di luar negeri yang ternyata produksi yang dihasilkan tidak terlalu signifikan. Bahkan pada saat Pertamina mengakuisisi perusahaan migas berbasis di Perancis, Maurel et Prom (M&P) di mana saat ini Pertamina sudah menguasai sahamnya kurang lebih 72%, kenyataannya sejauh ini produksi yang diharapkan tidak sesuai dengan rencana awal.
"Ini menyebabkan investasi yang dilakukan Pertamina berpotensi mengalami kerugian ke depannya kalau memang tidak ada peningkatan," ungkapnya.
Menurut dia, subholding upstream Pertamina melalui Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP perlu melakukan kajian mendalam lagi dalam mengakuisisi blok migas di luar negeri terkait data dan potensi produksi yang dihasilkan.
"Kita harus benar-benar tahu potensinya dan tidak merugikan negara. Walaupun investasi di hulu migas itu penuh dengan risiko, alangkah lebih baik kita sudah melakukan mitigasi dari sekarang untuk meminimalisir risiko-risiko ke depannya," jelasnya. (RAMA)