Bahlil menjelaskan kepada para delegasi G20 bahwa Indonesia setuju untuk bersama-sama menurunkan emisi gas rumah kaca. Namun saat ini penghitungan harga karbon antar negara maju dan negara berkembang tidak sama.
Harga karbon di negara berkembang kerap dihargai murah dibandingkan dengan harga karbon di negara maju. Pada dalam hal ini Indonesia yang masih tergolong negara berkembang, memiliki potensi yang cukup besar untuk menyerap karbon.
Dia mencontohkan negara maju mematok harga karbon USD100 per ton. Sementara negara berkembang penghasil karbon hanya USD10.
“Saya tidak ingin ada sebuah perlakuan yang tidak adil sebab persoalan emisi persoalan dunia," kata Bahlil.
Oleh karena itu,dia meminta para pemimpin negara maju dan berkembang duduk sama rendah berdiri sama tinggi untuk kebaikan rakyat dan bangsa seluruh dunia. Adapun, forum TIIWG G20 berlangsung di Surakarta, Rabu - Kamis 6-7 Juli 2022.
(FRI)