sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Begini Konsep Kereta Gantung di Puncak Versi Kemenhub

Economics editor Azfar Muhammad
21/03/2022 08:10 WIB
Kemenhub telah melakukan kajian untuk pembangunana proyek kereta gantung di kawasan puncak. Proyek yang diperkirakan memakan investasi Rp7,3 triliun.
Begini Konsep Kereta Gantung di Puncak Versi Kemenhub (FOTO: MNC Media)
Begini Konsep Kereta Gantung di Puncak Versi Kemenhub (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Perhubungan telah melakukan kajian untuk pembangunana proyek kereta gantung di kawasan puncak. Proyek yang diperkirakan memakan investasi Rp7,3 triliun ini dibangun untuk mengatasi kemacetan yang kian parah di Puncak terutama saat long weeked.

Direktur Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Kementerian Perhubungan, Jumardi mengungkapkan, karena pembangunan moda berbasis rel di Puncak bertujuan mengurangi beban kemacetan lalulintas berbasis jalan tentu harus mempertimbangkan fungsi yang maksimal sebagai angkutan umum massal. 

"Namun demikian kajian tersebut tidak semata hanya mengenai Kereta Gantung saja melainkan kajian secara komprehensif tentang bagaimana bentuk transportasi massal berbasis rel yang paling memungkinkan diterapkan di puncak. Selain itu tentu harus mempertimbangkan karakteristik demand serta faktor teknis yang paling memungkinkan, sehingga akan menarik perhatian investor untuk mendanai," Kata Direktur Prasarana BPTJ Jumardi  dalam keterangannya, Senin (21/3/2022). 

Dengan pertimbangan tersebut hasil kajian merekomendasikan bentuk moda transportasi berbasis rel yang paling memungkinkan untuk dibangun di puncak adalah kombinasi antara Kereta AGT (Automated Guideway Transit) dan Kereta Gantung (Cable Car).

Lebih lanjut Jumardi menjelaskan bahwa keseluruhan panjang lintasan angkutan berbasis rel tersebut menurut hasil kajian adalah 27,88 km dengan terbagi dalam 2 segmen. Segmen I antara Sentul City - Taman Safari sepanjang 23,40 km menggunakan moda Kereta AGT. 

“Jadi wisatawan yang akan ke Puncak sudah dapat mengakses moda transportasi massal berbasis rel mulai dari Sentul City, untuk menghindari kemacetan karena penggunaan kendaraan pribadi. Sedangkan segmen II adalah antara Taman Safari - Puncak sepanjang 4,48 km dimana segmen ini baru menggunakan Kereta Gantung,” urainya.

“Kalau melihat para wisatawan yang ke Puncak itu biasanya membawa banyak barang, sebab mereka umumnya menginap 1-2 malam beserta kerabat atau teman. Ini lebih tepat dilayani dengan Kereta AGT yang memungkinkan membawa barang sementara Kereta Gantung tidak memungkinkan untuk itu," ujarnya. 

Sementara itu, Lintasan Segmen II yang menggunakan Kereta Gantung lebih melayani wisatawan yang sudah stay di Puncak yang menginginkan wisata lanjut ke wilayah sekitar Puncak.

Selain Kereta AGT,  terdapat jenis moda berbasis rel lain yang memiliki kemampuan mengangkut orang secara massal dengan barang bawaan, yaitu monorail dan LRT. Namun LRT jauh lebih membutuhkan ruang dan biaya yang lebih besar, sementara monorail memiliki keterbatasan pasokan karena secara global tidak cukup banyak pengguna teknologi ini sehingga jaminan keberlanjutan suku cadang juga kurang terjamin. 

"Untuk saat ini di dunia internasional Kereta AGT merupakan moda berbasis rel yang paling banyak digunakan untuk angkutan perkotaan sekaligus wisata. Teknologinya juga terus berkembang sehingga lebih terjamin kelangsungan pasokannya," pungkasnya. 

Dengan begitu, bagaimana kelanjutan opsi pembangunan transportasi massal berbasis rel di Kawasan Puncak masih perlu proses pendalaman baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. (RAMA)

Advertisement
Advertisement