"Kini setelah menggunakan listrik, biaya pengolahan pakan ayam kami hemat sampai dengan 4 kali lipat," ungkapnya.
Untuk mengolah pakan ayam menggunakan genset, Heri mengeluarkan biaya sekitar Rp10 juta per bulan atau setara 1.200 liter solar per bulannya. Sedangkan setelah menggunakan listrik, ia hanya perlu mengeluarkan biaya listrik rata-rata sekitar Rp2 juta per bulan.
Heri menuturkan ke depan peternakan ayam miliknya akan menerapkan metode close farm yang tentunya membutuhkan tambahan pasokan listrik.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi (UIW Sulselrabar) Awaluddin Hafid menyampaikan, PLN siap mendukung kebutuhan listrik para peternak ayam melalui inovasi dalam bidang Electrifying Agriculture guna mewujudkan peternakan ayam yang modern, ramah lingkungan dan efisien.
Dari observasi yang dilakukan PLN, industri peternakan ayam modern ternyata membutuhkan listrik untuk mengubah kandang ayam yang tadinya konvensional (open farm atau terbuka) menjadi modern (close farm atau tertutup) dengan tujuan agar suhu di kandang ayam tersebut terkontrol sehingga lebih efisien dan efektif.
"Di samping itu untuk mengolah pakan ayam, beberapa peternak yang tadinya menggunakan genset diesel pun beralih menggunakan listrik PLN karena lebih hemat dan efisien," kata Awaluddin.
Saat ini sudah ada 4 pelanggan industri peternakan ayam modern yang telah menggunakan listrik PLN dengan total daya 205 kiloVolt Ampere (kVA) di Kecamatan Manuju dan Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa. Ke depannya terdapat 3 potensi pelanggan dengan total daya sekitar 159 kVA yang akan dilayani oleh PLN di Kabupaten Gowa.
"Untuk menciptakan iklim industri peternakan modern, PLN berkomitmen memberikan dukungan pasokan listrik kepada para pelaku usaha peternakan sebagai mitra bisnis," tutur Awaluddin. (TYO)