Zalfa Amelia/Magang
IDXChannel - Boom EV (electric vehicle) atau maraknya kendaraan listrik dan teknologi ramah lingkungan membuat permintaan litium untuk baterai melonjak tiap tahunnya. Lebih dari 70 persen produksi litium global hanya berasal dari dua negara.
Pasar baterai litium-ion global bernilai USD52 miliar atau setara dengan Rp811 triliun (kurs Rp15.600 per dolar) pada 2022 dan diperkirakan akan mencapai USD194 miliar senilai dengan Rp3.026 triliun pada 2030.
Menurut laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) yang dilansir oleh Visual Capitalist, Australia dan Chili menjadi produsen litium terbesar, menyumbang hampir 77 persen produksi global 2022. (Lihat tabel di bawah.)
Permintaan litium meningkatkan seiring booming-nya kendaraan listrik, dengan produksi global diperkirakan mencapai 1,5 juta ton pada 2025 dan 3 juta ton pada 2030.
Australia, yang menjadi produsen terkemuka dunia, mengekstrak litium langsung dari tambang batuan keras, khususnya mineral spodumene. Sedangkan Chili, bersama dengan Argentina, China, dan produsen utama lainnya, mengekstrak litium dari air garam.
