IDXChannel - Kebijakan pemerintah yang mulai merelaksasi sejumlah aturan terkait penanganan pandemi COVID-19 mulai berbuah manis. Penghapusan karantina, kembali membuka pintu kunjungan warga negara asing (WNA) hingga pelonggaran sejumlah ketentuan untuk pelaku perjalanan domestik terbukti mulai berhasil membangkitkan industri pariwisata nasional.
Seperti yang tengah terjadi di Bali. Dua tahun terkungkung pandemi, geliat perekonomian Pulau Dewata itu seolah 'mati suri', terutama bagi masyarakatnya yang menggantungkan hidup di sektor pariwisata, mulai dari bidang jasa, tour and travel, penginapan, usaha makanan, hingga pelaku usaha mikro kelas menengah (UMKM) yang menjual oleh-oleh khas Bali untuk para wisatawan.
"Pas dulu lockdown (PSBB) semua usaha di sini mati, karena bener-bener tidak ada turis yang datang," ujar Made, salah seorang pengemudi taksi online, Made, Senin (4/4/2022).
Meski ada satu-dua kunjungan wisatawan dari domestik, namun pengetatan aturan wisata sepanjang pandemi membuat pusat-pusat wisata di Bali, seperti Kuta di Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan beberapa lokasi lainnya, menjadi sangat sepi.
"Tapi sejak (kunjungan wisatawan) dibuka kembali ini, sekarang sudah mulai lumayan. Turis lokal banyak yang sudah datang. Walau belum seperti dulu, tapi Bali sudah mulai ramai lagi," tutur Made.
Pria yang sebelumnya berprofesi sebagai guide tersebut mengaku saat ini banyak mengantar turis lokal menuju lokasi-lokasi wisata, tempat-tempat kuliner, bandara, dan pusat perbelanjaan oleh-oleh. Salah satu destinasi langganan yang dituju diantaranya adalah pusat baju oleh-oleh, Joger, yang memang sudah sangat dikenal di kalangan wisatawan domestik.
Sejak pariwisata Bali berangsur normal, daerah di sekitar toko Joger kembali ramai. Bus-bus pariwisata dan mobil-mobil sewaan wisatawan tampak berjajar rapi di parkiran, yang menjadikannya tempat untuk pedagang kaki lima (PKL) ikut menjajakan barang dagangan.
"Sementara (berjualan) di sini dulu, karena ramai. Tujuan utama orang-orang ke sini (Joger). Semua travel ngarahinnya ke sini. Jadi kita ikut numpang cari makan karena Joger," ungkap Sandi.
Sandi dan para PKL lainnya mengaku baru berjualan dalam waktu seminggu terakhir karena memanfaatkan momen keramaian sejak wisatawan mulai banyak kembali datang ke Bali. Hal ini juga diamini oleh Ane, ibu paruh bayu asal Banyuwangi yang sudah puluhan tahun menjadi pedagang oleh-oleh baju di Bali.
"Pas pandemi ya sempat jualan yang lain. Apa saja, cuma memang nggak seberapa (laku). Kalau sekarang sudah mulai ada lah (pembeli. (turis) Lokal sekarang, biasanya sama bule jualannya. Gara-gara Corona, abis bulenya," ungkap Ane.
Tak hanya pedagang baju, Dade yang menjual penganan khas Bali juga mengaku kini sudah bisa bernafas lega sebab dagangannya setiap hari laku dibeli. "Rame di Joger sini. Saya pindah-pindah awalnya, tapi 2 mingguan coba jualan di sini, lumayan jadi lebih banyak dapat berkatnya," tegas Dade. (TSA)