sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Disulap Jadi Peci dan Topi Koboy, Kerajinan Ikan Buntal Ini Datangkan Rezeki

Economics editor Rizki Ramadhani
09/01/2022 10:18 WIB
Dikenal sebagai salah satu hewan laut yang memiliki racun mematikan, namun ternyata ikan buntal memiliki potensi ekonomi besar di tangan orang kreatif.
Disulap Jadi Peci dan Topi Koboy, Kerajinan Ikan Buntal Ini Datangkan Rezeki. (Foto: MNC Media)
Disulap Jadi Peci dan Topi Koboy, Kerajinan Ikan Buntal Ini Datangkan Rezeki. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Dikenal sebagai salah satu hewan laut yang memiliki racun mematikan, namun ternyata ikan buntal memiliki potensi ekonomi besar di tangan orang kreatif. Di tangan Beni (46). warga Desa Rambat, Kecamatan Simpang Teritip, Kabupaten Bangka Barat. Ikan beracun ini justru diolah menjadi kerajinan tangan yang unik.

Kulit ikan Buntal yang memiliki tekstur keras, kasar dan berduri, disulap Beni menjadi hiasan kepala seperti topi koboy dan peci.

"Awalnya tahun 2019 iseng saja coba mengolah kulit ikan Buntal ini kok bisa keras gini, bahkan sempat saya dikira orang stress. Terus coba buat kayak topi atau peci dititipkan ke acara pameran, malah ada yang suka terus buat lagi, " kata Beni, Minggu (9/1/2022).

Beni kemudian menjelaskan proses pembuatan topi koboy atau peci, hingga bisa menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomis.

"Bagian yang dibuang hanya isi (daging), diambil bagian kulit terus kepala sampai sirip. Kemudian kulit tadi dijemur dulu, terus langsung dibentuk polanya pake baskom dan diikat dengan benang nilon. Dijemur lagi sampai kering, lalu dipotong, dirapikan, dipercantik sesuai dengan keinginan, mau itu topi atau peci, " ucapnya.

Kerajinan tangan yang dibuat oleh Beni, dibanderol mulai dari Rp. 250.000 sampai Rp. 500.000. Tergantung jenis, ukuran, dan tingkat kesulitan pembuatannya.

"Kalau peci agak kecil ini dijual 250 ribu rupiah, kalau topi koboy 400 ribu sampai 500 ribu rupiah. Sama sebenarnya ada juga lampu lampion juga dijual 250 ribu rupiah. Untuk penjualan memanfaatkan media sosial seperti Facebook atau Whatsapp, jadi juga dibantu jual sama teman. Penjualannya ada di sekitar Bangka sinilah, ada juga sampai Bekasi, " tuturnya.

Sebelum pandemi Covid-19, Beni mengaku per pekannya ia bisa menjual hasil kerajinan tangannya sebanyak 10 buah.

"Kalau kemarin sebelum pandemi bisa jual 10 buah per minggu, cuma kondisi pandemi gini agak susah, buat berdasarkan pesanan saja. Kalau ditanya harapan, harapannya ada bantuan dari pemerintah setempat soal pemasaran, karena permasalahan saya itu saja di bagian pemasaran, " katanya. (TYO)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement