IDXChannel - Pencoblosan atau pemberian suara dalam Pemilu 2024 mulai dilaksanakan Rabu (14/2/2024). Momentum pesta demokrasi ini menjadi sentimen positif terhadap pertumbuhan makro ekonomi nasional.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad mengatakan, adanya perputaran uang dalam jumlah tertentu ketika proses pemilihan umum 2024 berlangsung. Bahkan, dampak keekonomian sudah terjadi pada masa kampanye Capres-Cawapres hingga Calon Legislatif (Caleg).
Dia mencatat, selama gelaran pesta demokrasi angka pengeluaran atau spending keuangan jauh lebih besar, terutama dilakukan oleh partai politik (parpol), Capres-Cawapres, dan Caleg.
Hal senada juga berlaku bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) sebagai lembaga penyelenggara dan pengawasan pemilu.
“Intinya begini, kalau besok itu kan tentu saja pesta demokrasi ya, berdampak ekonomi langsung ya sebenarnya dikaitkan dengan belanja pemilu gitu ya, belanja yang dilakukan para masing-masing tim sukses baik untuk Pilpres maupun Legislatif sampai DPD dan sebagainya,” ujar Tauhid saat dihubungi, Rabu (14/2/2024).
Dengan belanja pemilu tahun ini, lanjut dia, memberikan sentimen positif bagi ekonomi nasional. Kendati begitu, hanya terjadi di level 0,0 sekian persen saja.
“Pasti dampaknya kalau pemilu pasti positif, karena ada spending uang untuk, misalnya Bawaslu mengeluarkan uang untuk pengawasan dan sebagainya. KPU juga untuk penyelenggara dan sebagainya,” paparnya.
“Termasuk masing-masing Caleg atau Legislatif kan juga melakukan sosialisasi dan sebagainya kan mengeluarkan uang, bahkan untuk alat peraga kampanye dan sebagainya, dampak positif bagi ekonomi,” beber dia.
Menurutnya, bila momentum ini direspon baik oleh investor hingga perputaran uang yang terjadi bisa menyentuh Rp 100 triliun - Rp 180 triliun, maka ada kemungkinan memberi pengaruh bagi pertumbuhan ekonomi di kuartal I/2024.
“Tentu Jangka panjang tergantung pada respon daripada investor, tentunya hari ini responnya positif, kan nilai tukar menguatkan ya, berartikan positif. Mungkin dia bawah investor dalam melihat situasi yang aman dan baik dan sebagainya itu respon terhadap market juga positif,” jelas Tauhid.
(SAN)