Beberapa negara seperti Tiongkok dan Malaysia secara serius menjadikan batik sebagai komoditas ekspor. Negara-negara tersebut terus mengembangkan mesin batik printing dengan teknologi yang paling canggih. Mereka juga meniru desain dan corak batik Indonesia dengan tujuan merebut pasar pasar yang selama ini diisi oleh batik Indonesia.
“Dengan semakin populernya batik di dunia, persaingan global termasuk gempuran produk impor. Ini merupakan tantangan yang dihadapi oleh industri batik nasional, namun harus bisa kita hadapi bersama,” katanya.
Kemenperin mencatat jumlah pengusaha produksi kerajinan Indonesia lebih dari 700 ribu unit usaha dan menyerap tenaga kerja lebih dari 1,5 juta orang
Dengan potensi besar tersebut, industri batik masuk sebagai salah satu subsektor prioritas dalam implementasi peta jalan integrasi Making Indonesia 4.0.
Industri batik mendapat pengembangan karena dinilai mempunyai daya unik besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, produk batik menjadi salah satu penyebab tumbuhnya sektor tekstil dan pakaian jadi di Indonesia. Industri kerajinan dan batik juga merupakan salah satu sektor yang banyak membuka lapangan kerja dan merupakan sektor yang didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM).
(IND)