Terlebih lagi, pada Februari 2023 lalu, program mandatory campuran biodiesel ke bahan bakar fosil telah diimplementasikan secara nasional, dengan persentase sudah mencapai 35% atau B35 dan terus akan ditingkatkan hingga mencapai B100.
Lebih lanjut, Yudo menjelaskan, sepanjang 2022, program mandatori biodiesel B30 berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 27,8 juta ton setara karbon dioksida (CO2e) dengan alokasi kuota biodiesel sebanyak 11 juta Kilo Liter (KL), dengan nilai ekonomi mencapai lebih dari USD10 miliar.
"Sedangkan pada tahun 2023, kuota biodiesel ditetapkan sebesar 13,15 juta KL dan diharapkan nilai manfaat dari program ini dapat mencapai lebih dari USD11,2 miliar," terang Yudo.
Sebagaimana diketahui, pemerintah telah berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sesuai kesepakatan global yang tercantum dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC) untuk mengurangi emisi GRK sebanyak 32% atau 358 juta ton CO2 dengan usaha sendiri dan sebesar 41% atau sebanyak 446 juta ton CO2 dengan bantuan dunia internasional pada 2030.
Untuk mengejar target tersebut, berbagai program telah dilaksanakan pemerintah, salah satunya ialah pemanfaatan biomassa sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang memiliki dampak menghasilkan emisi gas buang.
(YNA)