Gagal Capai Kesepakatan, Miliarder Lim Kok Thay Ajukan Kebangkrutan

IDXChannel - Pembuat kapal pesiar milik miliarder Malaysia Lim Kok Thay mengajukan kebangkrutan. MV Werften mengajukan bangkrut setelah gagal mencapai kesepakatan dengan pemerintah Jerman untuk mendukung pembiayaan tambahan kapal pesiar besar yang sedang dibangun perusahaan untuk Genting Hong Kong.
Ketika industri perjalanan bergulat dengan dampak pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, Genting Hong Kong mencari pembiayaan tambahan untuk menyelesaikan pembangunan kapal pesiar sepanjang 342 meter yang dijuluki Global Dream, yang dapat menampung sebanyak 9.500 penumpang.
Sementara perjanjian dijamin dengan kreditur pada Juni 2021, Euler Hermes, agen asuransi kredit ekspor pemerintah Jerman, menolak untuk mengonfirmasi cakupan asuransi untuk fasilitas pendanaan, mencegah kreditur mencairkan pinjaman pada bulan Desember, operator Star Cruises mengatakan dalam peraturan pengajuan pada hari Senin.
“Perusahaan memahami bahwa penolakan Euler Hermes didasarkan pada tinjauan bisnis ke dalam prospek lima tahun grup yang disiapkan atas permintaan Euler Hermes yang mempertimbangkan berbagai skenario stres yang memengaruhi grup, termasuk pengurangan aktivitas bisnis yang terus-menerus dan berkelanjutan sebagai akibat Covid-19,” kata Genting Hong Kong seperti dilansir dari Forbes, Jumat (14/1/2022).
“Tinjauan bisnis semacam itu bukan merupakan prasyarat untuk pertanggungan asuransi Euler Hermes berdasarkan perjanjian pembiayaan,” tambahnya.
Dengan penolakan Euler Hermes untuk memberikan perlindungan asuransi dan langkah pemerintah Jerman untuk mengganti fasilitas pembiayaan dengan proposal pembiayaan baru yang memberlakukan persyaratan tambahan, Genting Hong Kong mengatakan unitnya MV Werften mengajukan proses kepailitan dengan pengadilan Jerman pada hari Senin (10/1) waktu setempat.
Pemerintah Jerman telah menyalahkan Genting atas runtuhnya pembuat kapal pesiar, yang membahayakan sekitar 2.000 pekerjaan. Tawaran bantuan ditolak oleh pemilik MV Werften, Menteri Ekonomi Robert Habeck seperti dikutip oleh Bloomberg mengatakan dalam sebuah pernyataan e-mail.