sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Bahan Pokok Meroket, Sinyal Bahaya Pelemahan Daya Beli Masyarakat

Economics editor Advenia Elisabeth/MPI
10/12/2021 10:24 WIB
Harga sejumlah bahan pokok masyarakat meroket tajam menjelang Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru).
Harga Bahan Pokok Meroket, Sinyal Bahaya Pelemahan Daya Beli Masyarakat. (Foto: MNC Media)
Harga Bahan Pokok Meroket, Sinyal Bahaya Pelemahan Daya Beli Masyarakat. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Harga sejumlah bahan pokok masyarakat meroket tajam menjelang Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru). Kenaikan ini dialami oleh semua jenis cabe, bawang-bawangan serta minyak goreng.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, mengatakan, kenaikan harga bahan pokok bisa jadi sinyal bahaya melemahnya daya beli masyarakat. Tak hanya itu, orang juga menjadi rentan jatuh di bawah garis kemiskinan.

"Efek dari naiknya harga bahan pokok akan menimbulkan pelemahan daya beli masyarakat dan bisa membuat orang jadi rentan jatuh di bawah garis kemiskinan," kata Bhima kepada MNC Portal Indonesia, Jumat (10/12/2021).

Dia juga menuturkan bahwa kenaikan harga bahan pokok ini sangat membebani masyarakat. Terlebih kondisi ekonomi masyarakat masih tertekan di masa pandemi.

"Efek naiknya harga bahan pokok sudah sangat membebani masyarakat. Contohnya harga minyak goreng di retail naik sampai 4.000-8.000 rupiah per liter. Kenaikan bisa sampai 25-30% padahal pendapatan masyarakat saja kan masih tertekan terutama kelompok menengah bawah," ucapnya.

Bhima juga bilang, bencana alam dipenghujung tahun menjadi ancaman untuk naiknya harga-harga bahan pokok. Oleh sebab itu, kata dia, hal ini perlu diantisipasi agar kenaikan harga tidak melambung di awal 2022 mendatang.

"Ancaman bencana alam, cuaca ekstrem La Nina perlu diantisipasi karena berisiko naikkan harga pangan lebih tinggi pada awal 2022 mendatang," ujarnya.

Direktur Celios ini menambahkan, volatilitas rupiah juga bisa menjadi pemicu harga kebutuhan pangan impor melonjak. Maka dari itu, ia mengingatkan supaya masyarakat maupun pihak-pihak terkait agar waspada

"Volatilitas rupiah membuat harga kebutuhan pangan yang sebagian impor melonjak. Ini yang disebut imported inflation. Kita mesti siaga," pungkas Bhima. (TYO)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement