Selain itu, batu bara kelas ini biasanya dibeli China sebagai bahan baku campuran dengan pasokan domestik. Sementara otoritas India dikabarkan tertarik dengan harganya yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis yang dipasok oleh Australia dan Afrika Selatan.
Dalam beberapa bulan terakhir, India dilaporkan sempat membatasi volume batu bara yang diimpor dari Indonesia dan lebih memilih untuk membeli emas hitam Rusia dengan potongan harga yang sangat besar atau pasokan dari Australia.
Namun, negeri tersebut tengah mengalami kekurangan pasokan listrik karena permintaan daya yang meningkat di musim panas dan telah mendorong mengandalkan batu bara impor sebagai bahan bakar.
India sendiri dilaporkan memiliki sekitar 17 gigawatt pembangkit yang bergantung pada impor batu bara.
Data dari analis komoditas Kpler menunjukkan kenaikan impor batu bara termal India sebesar 10,19 juta ton pada Februari 2023. Angkanya naik dari 9,71 juta ton pada Januari dan tertinggi sejak November tahun lalu.
Peningkatan tersebut didorong oleh volume yang lebih tinggi dari Indonesia, dengan impor diperkirakan mencapai 6,09 juta ton pada Februari 2023, naik dari bulan sebelumnya sebesar 4,36 juta ton.
Mengingat pasar yang kompetitif, India juga kemungkinan meningkatkan impor dari Australia, khususnya batu bara dengan grade 5.500 kkal/kg.
Harga batu bara jenis ini juga telah merosot dalam beberapa bulan terakhir, tetapi mencatat kenaikan menjadi USD118,55 per ton, dari level terendah selama 13 bulan di level USD117,72.
Batubara Australia 5.500 kcal/kg juga dulunya populer di kalangan pembeli di China, tetapi perdagangannya ambruk setelah Beijing memberlakukan larangan impor dari Australia pada pertengahan 2020 akibat adanya perselisihan politik bilateral.
Larangan ini kemudian dicabut bulan lalu dan sudah ada beberapa tanda China akan melanjutkan impor batubara Australia.
Meskipun demikian, Kpler telah melacak sekitar 584.000 ton batu bara termal Australia tiba bulan ini di pelabuhan China. (ADF)