"Saya sih ngikutin harga pasar aja, kalau pedagangkan tidak terlalu berpengaruh, ngikutin modal, karena kalau pedagang kan mikirnya jual untung aja, kasihan peternakan," sambungnya.
Gatot mengaku anjloknya harga telur ini mulai dirasakan sejak satu bulan kebelakang dari harga nomalnya. Gatot menyebut pada dua bulan kebelakang harga telur yang dimaksud normal sekitar Rp22 ribu sampai Rp23 ribu. Namun saat ini harga telur di Pasar Pondok Gede hanya berkisar Rp19 ribu sampai Rp20 ribu.
"Kalau peternak bisa mengalami kerugian karena kan biaya produksinya tinggi, terus hasilnya itu murah, kalau pedagang ya sedikit, paling kerugiannya ya pendapatan berkurang aja, ya paling kalau sepi pasarnya ya kan pendapatan berkurang aja," sambung Gatot.
Melihat pasar yang kian sepi, Gatot pun akhirnya mengurangi belanja telurnya ke peternak. Jia ia biasa membeli 1,5 ton dalam 5 hari, kini Gatot memangkasnya sekitar 20%, maka jika dihitung Gatot telah mengurangi 3 kwintal telur.
"Pengennya sih ekonomi pulih lagi, kalau ekonomi pulih lagi kan kondisi pasar bisa pulih lagi, memang kondisi pasar ini dari pagi juga jarang pengunjung juga, saya buka dari jam 4 pagi, pengunjung yang datang memang tidak sewajarnya," pungkas Gatot. (NDA)