sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Holding PLN Ditargetkan Rampung Tahun Ini, Bagaimana Nasib Karyawan?

Economics editor Suparjo Ramalan
19/01/2022 15:43 WIB
Kementerian BUMN menargetkan 6 bulan pertama tahun ini akan dilakukan virtual holding full transisi 2025.
Kementerian BUMN menargetkan 6 bulan pertama tahun ini akan dilakukan virtual holding full transisi 2025. (Foto: MNC Media)
Kementerian BUMN menargetkan 6 bulan pertama tahun ini akan dilakukan virtual holding full transisi 2025. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Holding dan subholding PT PLN (Persero) ditargetkan rampung pada 2022. Bahkan, Kementerian BUMN menargetkan 6 bulan pertama tahun ini akan dilakukan virtual holding full transisi 2025.

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut saat ini pihaknya tengah melakukan benchmarking (pembanding) dengan perusahaan kelistrikan asal Korea Selatan, Italia, Perancis, Malaysia, dan sejumlah negara lainnya. Setelah pembanding, pihaknya langsung melakukan spin off pembentukan subholding power plant atau pembangkit listrik.

"Confirm kita tuntaskan di tahun ini (holding dan subholding). 6 bulan sebelum akhir tahun ada virtual holding full transisi 2025. Tergantung kondisi transisi ini," ujar Erick dalam konferensi pers, Rabu (19/1/2022).

Erick memastikan, pembentukan holding dan subholding PLN tidak akan berdampak pada pengurangan jumlah pegawai BUMN di sektor kelistrikan tersebut.

Dia memastikan, keberadaan unit pelat merah itu justru menambah jumlah karyawan. Bahkan, kualitas pekerja pun akan diperbaharui berdasarkan kebutuhan perusahaan. 

"Kualitas pekerja juga kita harus upgrading. Kita gak akan lepas pegawai, malah kalau bisa jadi tambahan pegawai," ungkap Erick. 

Di lain sisi, pembentukan holding dan subholding PLN diyakini tidak menambah beban utang perusahaan induk. Saat ini utang PLN tercatat menciap Rp 460 triliun. 

Erick memandang keberadaan holding dan subholding justru dapat mencari alternatif pendanaan lain dalam skema aksi korporasi. Hanya saja dia enggan merinci lebih jauh aksi korporasi yang dimaksudkan. 

"Tapi utang PLN juga besar kan gak bisa nambah utang. Jadi subholding ini akan mencari pendanaan lain. Corporate action, bukan menjual aset negara," tutur dia. 

Erick juga menegaskan, pendirian holding dan subholding BUMN kelistrikan itu tidak akan menjual aset negara untuk mendukung pembiayaan. Namun, holding yang dibentuk sama seperti Holding Ultra Mikro yang merupakan hasil konsolidasi antara PT Bank BRI, PT Pegadaian (Persero), dan PT PNM (Persero). 

"Misalnya kita konsolidasi BRI, PMN dan Pegadaian, gak ada kekuatan asing mengambil, tapi market optimis berpihak pada UMKM, dan jadi future BRI, right issue sebesar itu," ungkap dia. (TIA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement