"Nah, di 2034 yang bisa kita lihat bahwa Indonesia memproduksi sekitar 50 GWh baterai. Ini untuk roda 2 dan roda 4 dan juga untuk energy storage system. Energy storage system sangat penting untuk kita melakukan support terhadap pengembangan EBT," tuturnya.
Sementara itu, potensi perkembangan baterai di Indonesia diperkirakan sudah mendekati 60 GWH pada 2035 mendatang.
"Sebesar 60 GWh ini kalau dari segi roda 4, bisa sekitar kurang lebih kebutuhannya hampir 400-600 ribu kendaraan roda 4, dan untuk roda 2 bisa mencapai 3 atau 4 juta unit," ujarnya.
Namun demikian, menurut Toto, hingga saat ini belum ada regulasi yang secara formal mengatur ekosistem baterai kendaraan listrik. Padahal, pengaturan tata kelola industri baterai sangat penting dan membutuhkan keterlibatan berbagai pihak terkait.
"Kemudian juga roadmap pengembangan industri baterai. Saat ini belum terdefinisi secara jelas," ujarnya.