BOJ sebelumnya menghentikan kebijakan suku bunga ultra-rendah pada akhir 2024. Selanjutnya, pada Januari 2025, bank sentral memutuskan menaikkan suku bunga acuan jangka pendek menjadi 0,5 persen untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade.
Namun demikian, perlambatan ekonomi global dan dampak tarif impor dari Amerika Serikat (AS) mulai membayangi outlook ekonomi Jepang. BOJ pun memangkas proyeksi pertumbuhan, menciptakan tantangan baru dalam menentukan waktu optimal untuk kenaikan suku bunga selanjutnya.
"BOJ ingin memastikan bahwa inflasi yang ada ditopang oleh pertumbuhan upah dan permintaan domestik, bukan sekadar akibat depresiasi yen atau lonjakan biaya impor. Oleh karena itu, data upah riil dan belanja konsumen akan menjadi indikator penting untuk kebijakan moneter selanjutnya," tulis Ekonom Daiwa Research Institute.
(Ibnu Hariyanto)