IDXChannel – Pabrik-pabrik di Asia berjuang meraih momentum pada Juli di tengah kebijakan Covid-19 ketat ala China dan lesunya permintaan global. Kabar baiknya, kenaikan inflasi yang mungkin akan mencapai puncak memberikan optimisme bagi perusahaan manufaktur.
Melansir Reuters, Senin (1/8/2022), sejumlah data purchasing managers' indexes (PMI) manufaktur selama Juli yang dirilis Senin menunjukkan, angka pesanan baru anjlok di sejumlah pusat manufaktur di Asia, terutama di pabrik-pabrik raksasa teknologi kawasan Asia timur laut, seperti Korea Selatan (Korsel).
Aktivitas pabrik Korea Selatan turun untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun sementara. Sementara, Jepang mengalami pertumbuhan aktivitas paling lambat dalam 10 bulan di tengah gangguan rantai pasokan yang terus-menerus.
Pertumbuhan PMI manufaktur di China juga melambat, berdasarkan data Caixin pada hari Senin, meskipun ada beberapa kelonggaran pembatasan COVID-19 domestik yang ketat yang telah menghantam pertumbuhan ekonomi China pada kuartal kedua 2022.
Angka PMI Caixin sejalan dengan rilis PMI resmi pemerintah China yang dirilis pada Minggu, menunjukkan aktivitas manufaktur turun pada bulan Juli di tengah wabah COVID-19 baru.
"Harga input yang lebih tinggi termasuk bahan bakar, logam dan semikonduktor berarti bahwa gangguan itu meluas hingga di seluruh sektor manufaktur (Korea Selatan)," Usamah Bhatti, ekonom di S&P Global Market Intelligence, berpendapat tentang PMI Korea Selatan, dilansir dari Reuters, dikutip IDXChannel, Senin (1/8).
“[T]ingkat inflasi harga input turun ke level terendah empat bulan sebagai tanda sementara bahwa tekanan harga telah mencapai puncaknya, meskipun inflasi biaya tetap jauh di atas rata-rata jangka panjang,” lanjutnya.
Selain data dari Korsel hingga China, PMI Taiwan, pusat manufaktur semikonduktor, menunjukkan aktivitas pabrik turun pada laju paling tajam sejak Mei 2020.
Kabar Baik?
Lonjakan harga komoditas di tengah disrupsi rantai pasok global akibat pandemi dan perang Ukraina telah menjadi tantangan bisnis dan pemangku kebijakan global.
Hal itu terlihat dari sikap bank sentral dunia yang terus mengetatkan kebijakan moneter dan perusahaaan berupaya memangkas biaya beban.
Kendati demikian, ada sejumlah kabar positif untuk kawasan Asia. Ini terlihat PMI yang mengindikasikan harga input mulai melambat di Cina, Taiwan, India, dan Korea Selatan.
Kondisi di beberapa bagian Asia Tenggara juga optimis. Angka PMI menunjukkan percepatan aktivitas di Indonesia, Malaysia dan Thailand di mana pertumbuhan pesanan baru kontras dengan penurunan yang terlihat di negara lain di Asia.
Tidak hanya itu, aktivitas pabrik India berekspansi dengan laju tercepatnya dalam delapan bulan terakhir di bulan Juli. Hal tersebut dibantu oleh pertumbuhan pesanan dan output baru yag solid, tanda ekonomi Asia Selatan tetap tangguh. (ADF)
Reporter: Nur Pahdilah