sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Infrastruktur Migas Kerap Terbakar, Kinerja Pertamina Disorot

Economics editor Tim IDXChannel
14/03/2023 11:52 WIB
Infrastruktur yang dimiliki PT Pertamina (Persero) berulang kali terbakar, sebelum Terminal BBM Plumpang di Jakarta Utara terbakar dan menelan korban jiwa.
Infrastruktur Migas Kerap Terbakar, Kinerja Pertamina Disorot (FOTO: MNC Media)
Infrastruktur Migas Kerap Terbakar, Kinerja Pertamina Disorot (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Infrastruktur yang dimiliki PT Pertamina (Persero) berulang kali terbakar, sebelum Terminal BBM Plumpang di Jakarta Utara terbakar dan menelan korban jiwa, ada lima kilang Pertamina yang mengalami insiden terbakar dalam rentan waktu yang tidak lama.
 
Executive Director Sinergi BUMN Institute Achmad Yunus menilai rentetan insiden tersebut membuat kinerja manajemen Pertamina patut di sorot. Apalagi pendirian sejumlah sub holding menjadi bukti Pertamina tidak fokus pada core business, sehingga tidak sejalan dengan mandat pemerintah untuk fokus menjalankan bisnis migas.
 
Menurut Yunus, hilangnya fokus Pertamina tersebut membuat berbagai permasalahan, seperti kebakaran kilang yang kerap terjadi belakangan ini. 
 
“Pertamina harus evaluasi, sudah sekian kalinya kilang terbakar. Artinya ada proses keselamatan kerjanya yang tidak pas, ini yang disorot oleh masyarakat,” ujar Yunus dihubungi, Selasa (14/3/2023).
 
Setidaknya sudah enam kilang Pertamina terbakar. Terakhir, kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara menjadi insiden yang memilukan, ratusan bangunan di sekitar wilayah itu hangus terbakar, puluhan warga meninggal dunia.
 
Melalui strategi subholding, Pertamina mulai masuk pada bisnis non-migas. Misalnya logistik migas melalui PT Pertamina International Shipping (PIS) dan bisnis panas bumi lewat anak usaha PT Pertamina Geothermal Energy Tbk yang baru-baru ini melantai di lantai Bursa dengan ticker PGEO.
 

Ia khawatir ke depannya Pertamina terancam kehilangan hak kuasa karena aksi pelepasan saham negara pada sejumlah anak usaha tersebut. Yunus khawatir ini akan menjadi ancaman baru bagi Pertamina masuk pada lobang hitam kebangkrutan di tengah buruknya sistem manajemen perseroan.
 
Melihat kondisi Pertamina hari ini, Yunus khawatir potensi kebangkrutan akan kembali mengancam perusahaan pelat merah tersebut, seperti era 60-an hingga 70-an.
 
“Jadi meskipun Pertamina punya subholding, tapi kan kaki-kakinya sudah mulai diserahkan ke publik. Makanya saya pertanyakan sebenarnya Pertamina ini mau fokus apa sih? Kebijakan di migas ini mereka mau ke mana. Jangan sampai cerita seperti dulu terjadi,” tutup Yunus. (RRD)

Advertisement
Advertisement