Selama lockdown saat pandemi corona tahun 2020, Kementerian Pertanian Paris juga telah menyetujui penyulingan sebanyak dua juta hektoliter buah anggur, yang setara dengan hampir lima persen dari total produksi tahunan di Prancis. Negara membayar para petani anggur dengan kisaran harga antara 58 hingga 78 euro atau mulai dari Rp950 ribu hingga Rp1,27 juta per hektoliter.
Namun, program penyulingan dinilai tidak banyak mengubah masalah struktural industri yang semakin tergantung pada ekspor.
Ekspor ke Cina, yang anjlok selama pandemi, diperkirakan akan meningkat lagi tahun ini, tetapi saat ini belum jelas apakah akan segera kembali ke level sebelum krisis. Dalam jangka panjang, sektor anggur Prancis harus melakukan penyesuaian terhadap perubahan iklim dan perubahan permintaan, demikian menurut pemerintah di Paris.
Petani anggur putih masih untung
Namun, tidak semua wilayah produsen anggur di Prancis merasakan tekanan ekonomi yang sama. Penanam anggur di Alsace, misalnya, mereka menanam anggur putih di 90 persen wilayahnya. Mereka pun tidak punya masalah kelebihan produksi, lapor Manon Tijou dari asosiasi penanam anggur lokal Civa.
Hanya pada masa puncak lockdown corona, para petani anggur di Alsace menerima tawaran penyulingan dari pemerintah. Namun, bagi banyak orang ini akhirnya menjadi bisnis yang merugi, karena kompensasi oleh negara bahkan tidak menutupi biaya produksinya.