“Jadi sebetulnya penyakit ini sangat sangat hebat ya. Oleh karena itu baru dimulai, satu setengah tahun yang lalu itu WHO mengatakan bahwa telah terjadi sesuatu pandemi, itu dengan jumlah penderitanya pada waktu itu adalah 120.000 ya,” jelasnya.
“Nah, tapi sekarang ini jumlah penduduk sangat banyak ya, udah naiknya itu ribuan kali dari yang sekarang. Di seluruh dunia itu kurang lebih 180 juta yang terinfeksi dan Indonesia yang terinfeksi udah 2 juta. Artinya apa? Bener-bener bawah virus ini sangat-sangat fatal, jadi kita betul-betul harus menghindarinya ya, menghindari dari virus ini, dengan berbagai cara yang dilakukan,” paparnya.
Oleh karenanya, sebelum digunakan vaksin Covid-19 sudah dipastikan efektivitasnya dan keamanannya dengan uji klinis. “Dengan uji klinis vaksin, sebetulnya uji klinis tentang vaksin itu ya, itu telah dilakukan uji klinis dari beberapa macam perusahaan.”
“Contohnya yaitu perusahaan yang melakukan Astrazeneca, kemudian yang lain-lainnya seperti Moderna, Pfizer itu telah mencoba uji klinis untuk vaksin itu kepada apakah mempan atau enggak, pada umumnya semuanya itu memberikan reaksi yang bagus ya di atas 58 persen ya. Kayak Sinovac itu 63 persen, itu semuanya udah dilakukan,” katanya.
Sehingga, kata Kusnandi, walaupun efektivitas vaksin Covid-19 tidak semuanya tinggi, tapi paling tidak bisa menghambat supaya tidak terjadi infeksi pada manusia di atas 50 persen.
“Jadi tetap kita harus divaksin dan tetap kita harus jaga 5M, jaga makanan yang baik, hindari dari kerumunan dan sebagainya seperti itu,” tutupnya. (RAMA)