sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Jelang Rilis Data BPS, Ekonomi Kuartal II-2023 Diprediksi Tumbuh 5 Persen

Economics editor Michelle Natalia
07/08/2023 09:26 WIB
Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia, Teuku Riefky memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) RI akan terus tumbuh positif di atas 5%.
Jelang Rilis Data BPS, Ekonomi Kuartal II-2023 Diprediksi Tumbuh 5 Persen (FOTO:MNC Media)
Jelang Rilis Data BPS, Ekonomi Kuartal II-2023 Diprediksi Tumbuh 5 Persen (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Menjelang pengumuman pertumbuhan ekonomi RI di triwulan II-2023 oleh BPS, Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia, Teuku Riefky memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) RI akan terus tumbuh positif di atas 5%.

"Kami memproyeksikan pertumbuhan PDB sebesar 5,09% (yoy) di triwulan-II 2023 dan 4,9% - 5,0% untuk tahun fiskal 2023," ujar Riefky di Jakarta, dikutip Senin (7/8/2023).

Sebelumnya, ekonomi RI tercatat tumbuh 5,03% (yoy) di triwulan-I 2023. Hal ini menunjukkan perekonomian Indonesia tidak hanya mampu menjaga tren pertumbuhan 5%, namun juga mampu tumbuh di atas ekspektasi selama enam triwulan terakhir.

"Sebagai sektor terbesar di perekonomian dengan kontribusi mencapai seperlima, manufaktur terus tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan nasional sejak 2012,  mengindikasikan adanya potensi deindustrialisasi prematur," ungkap Riefky.

Dari sisi pengeluaran, seluruh komponen mencatat pertumbuhan positif, termasuk belanja pemerintah yang mengalami kontraksi selama empat triwulan berturut-turut di tahun 2022.

"Konsumsi rumah tangga, dengan besaran lebih dari separuh perekonomian Indonesia, tumbuh 4,54% (yoy) di triwulan-I 2023, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya," sambung Riefky.

Dia mencatat, hanya saja pertumbuhan investasi melambat di Triwulan-I 2023 dengan pertumbuhan hanya 2,11% (yoy), menurun dari 3,33% (yoy) di triwulan sebelumnya.

"Perbankan domestik menunjukkan indikator yang relatif kuat ditopang oleh likuiditas yang cukup memadai dan kualitas aset yang baik. Pada April 2023, rasio NPL masih stabil di level 2,53%," tambah Riefky.

Di Juli 2023, inflasi tercatat sebesar 3,08% (yoy), turun ke level terendahnya dalam 16 bulan terakhir seiring dengan tekanan inflasi yang surut lebih cepat dari yang  diperkirakan.

"Surplus neraca perdagangan terus menurun sejak tahun lalu dan sekarang hanya tercatat sebesar USD7,8 miliar di triwulan-II 2023 akibat normalisasi harga komoditas global," ungkapnya.

Selain surplus perdagangan, performa Rupiah juga dipengaruhi oleh kondisi pasar keuangan. "Untungnya, pasar keuangan Indonesia melanjutkan tren perbaikan di triwulan-II 2023 didukung oleh kuatnya permintaan terhadap surat utang Indonesia seiring selisih imbal hasil antara surat utang pemerintah Indonesia dan AS masih relatif atraktif menyusul mulai berkurangnya agresivitas pengetatan suku bunga acuan oleh the Fed," ucap Riefky.

Lebih lanjut, tingkat cadangan devisa Indonesia saat ini masih cukup untuk mendukung ketahanan eksternal seiring jumlahnya yang mencapai setara 6,1 bulan impor dan beban pembayaran utang luar negeri.



(SAN)

Advertisement
Advertisement