IDXChannel - Inflasi lebih baik dari yang diharapkan pada bulan September memberikan para pembuat kebijakan sedikit lebih banyak ruang bernapas, saat mereka mempertimbangkan pemotongan suku bunga berikutnya.
Ini persis seperti hasil yang diinginkan The Fed dan investor, di mana kestabilan yang cukup di seluruh kategori utama agar The Fed tetap nyaman untuk saat ini.
Namun, dengan pemerintah yang masih tutup atau shutdown dan data-data penting yang dibekukan, pandangan The Fed terhadap perekonomian akan menjadi kabur.
Seperti yang diperingatkan oleh kepala ekonom RSM, Joe Brusuelas, ini kemungkinan akan menjadi laporan berkualitas terakhir yang didapatkan hingga awal musim semi mendatang.
Dilansir dari laman Yahoo Finance Minggu (26/10/2025), Brusuelas menjelaskan bahwa meskipun penghentian operasional pada akhirnya akan memungkinkan rilis data ekonomi utama dilanjutkan dan kesenjangan dalam pengumpulan data menggambarkan kualitas angka akan menurun selama berbulan-bulan, sehingga para pembuat kebijakan harus bergantung terutama pada estimasi dan asumsi.
"BLS akan memasukkan atau lebih tepatnya menebak pada banyak estimasi yang mereka buat," ujarnya.
Peringatan yang sama juga dilontarkan oleh Bank of America, yang memberi judul pratinjau FOMC terbarunya "Jangan mengubah arah saat terbang buta."
Bank tersebut memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin minggu depan, sementara pada saat yang sama menghindari proyeksi yang kuat mengingat kurangnya data sektor resmi.
Yang semakin memperumit masalah, meskipun laporan inflasi bulan September relatif jinak, terdapat tanda-tanda awal bahwa tarif mulai memengaruhi harga. Pakaian, alas kaki, dan perabotan rumah tangga semuanya menunjukkan tanda-tanda awal dampak tarif bulan lalu.
"Harga barang kembali menguat di tengah tekanan tarif," kata Gargi Chaudhuri, Kepala Strategi Investasi di BlackRock.
Para ekonom memperingatkan bahwa tekanan tersebut akan terus meningkat, meskipun belum terlihat dalam data. Sejauh ini, perusahaan telah menanggung sebagian besar biaya tarif, tetapi itu tidak akan berlangsung selamanya.
Ekonom di BNP Paribas dan Goldman Sachs memperkirakan dampak yang lebih nyata kepada konsumen menjelang awal 2026, terutama pada kategori yang lebih sensitif terhadap perdagangan yang menunjukkan kenaikan bulan lalu.
Ekonom Bank of America, Steven Juneau, menambahkan bahwa tarif akan tetap menjadi sumber inflasi harga barang selama beberapa kuartal mendatang karena persediaan menipis, margin menyusut, dan perusahaan membebankan biaya kepada konsumen.
Ditambah lagi dengan gambaran konsumen yang tidak merata, pekerjaan The Fed semakin sulit. Warga Amerika berpenghasilan rendah pun sudah merasa semakin terbebani, sementara rumah tangga berpenghasilan tinggi, yang terbantu oleh peningkatan kekayaan dan melonjaknya harga saham, terus menopang pengeluaran secara keseluruhan.
(kunthi fahmar sandy)