sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kaleidoskop 2022: Kilas Balik G20 di Bali, Manfaat dan Kesepakatan yang Dicapai

Economics editor Nia Deviyana
14/12/2022 13:54 WIB
KTT G20 merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia. 
Kaleidoskop 2022: Kilas Balik G20 di Bali, Manfaat dan Kesepakatan yang Dicapai. Foto: MNC Media.
Kaleidoskop 2022: Kilas Balik G20 di Bali, Manfaat dan Kesepakatan yang Dicapai. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (G20) pada 2022. Terselenggara pada 15-16 November 2022 di Bali, G20 merupakan forum kerja sama multilateral yang diikuti 19 negara utama dan Uni Eropa.

Melansir bi.go.id, KTT G20 Indonesia 2022 bertema "Recover Together, Recover Stronger". 

Melalui tema tersebut, Indonesia ingin mengajak seluruh dunia bahu-membahu, saling mendukung untuk pulih bersama, serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan

KTT G20 merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia. 

Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa. 

Manfaat G20 bagi Indonesia

Tak dipungkiri, KTT G20- 2022 membuat Indonesia menjadi salah satu fokus perhatian dunia, khususnya bagi para pelaku ekonomi dan keuangan. 

Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan (showcasing) berbagai kemajuan yang telah dicapai Indonesia kepada dunia, dan menjadi titik awal pemulihan keyakinan pelaku ekonomi pasca-pandemi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Selain itu, menjadi kesempatan menunjukkan kepemimpinan Indonesia di kancah internasional, khususnya dalam pemulihan ekonomi global. 

Dari perspektif regional, Presidensi ini menegaskan kepemimpinan Indonesia dalam bidang diplomasi internasional dan ekonomi di kawasan, mengingat Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang menjadi anggota G20

Pertemuan-pertemuan G20 di Indonesia juga menjadi sarana untuk memperkenalkan pariwisata dan produk unggulan Indonesia kepada dunia internasional, sehingga diharapkan dapat turut menggerakkan ekonomi Indonesia.

Peluang Investasi

Indonesia mendapat investasi USD8 miliar atau Rp125,4 triliun (kurs Rp15.682) selama KTT G20. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menjelaskan, komitmen tersebut didapat dari beberapa negara yang berminat menggarap sumber daya alam Indonesia untuk kemudian dilakukan hilirisasi.

"Negaranya bermacam-macam, ada Korea, China, Eropa, Uni Emirat Arab, dan lainnya," ujar Bahlil dalam video yang diunggah Kementerian Investasi, Rabu (16/11/2022).

Deklarasi Bali

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuturkan diskusi G20 berlangsung alot. Namun, pemimpin negara-negara G20 pada akhirnya menyepakati Deklarasi Bali yang terdiri dari 52 paragraf. 

Pada poin 1-5, Deklarasi Bali menyatakan perhatiannya pada pandemi covid-19 yang masih berlangsung dan menyisakan pekerjaan rumah untuk pemulihannya; perubahan iklim; serta meningkatnya kemiskinan yang menghambat tujuan pembangunan berkelanjutan. 

Selain itu, negara G20 juga menyepakati perang Rusia-Ukraina turut menjadi ancaman pada ekonomi global. 

Negara G20 menegaskan kembali posisinya sebagaimanadinyatakan dalam forum lain, termasuk Dewan Keamanan PBB dan Majelis Umum PBB, yang dalam Resolusi No. ES-11/1 tanggal 2 Maret 2022, telah disetujui dengan suara terbanyak (141 suara untuk, 5 melawan, 35 abstain, 12 absen) sangat menyesalkan agresi Rusia melawan Ukraina, dan menuntut secara penuh dan tanpa syarat penarikan dari wilayah Ukraina. 

Sebagian besar anggota mengutuk keras perang di Ukraina dan menekankan hal itu menyebabkan penderitaan manusia yang luar biasa dan memperburuk ekonomi global - menghambat pertumbuhan, meningkatkan inflasi, mengganggu pasokan rantai, meningkatkan kerawanan energi dan pangan, dan meningkatkan risiko stabilitas keuangan. 

Meski demikian, G20 bukanlah forum untuk menyelesaikan masalah keamanan.

"Kami mengakui bahwa masalah keamanan bisa memiliki konsekuensi signifikan bagi ekonomi global," tulis poin deklarasi itu.

Namun, G20 mendorong penyelesaian konflik secara damai, dengan mengutamakan diplomasi dan dialog. "Zaman sekarang tidak boleh perang," cetus deklarasi tersebut.

Lalu, negara G20 juga menegaskan komitmennya dalam menyokong negara-negara berkembang di tengah krisis global, khususnya negara-negara yang kurang berkembang, dan pulau kecil berkembang, dalam menanggapi tantangan global dan mencapai SDGs. Hal itu akan diwujudkan melalui investasi, termasuk dari swasta. 

G20 juga menyatakan akan menggunakan seluruh kebijakan yang ada, yaitu makro-internasional dan kolaborasi untuk mengatasi tantangan global

Dari 52 poin tersebut, ada dua poin khusus terkait sektor energi, di mana para Pemimpin G20 menyepakati untuk mempercepat dan memastikan transisi energi yang berkelanjutan, adil, terjangkau, serta investasi inklusif. 

Bali Compact dan Peta Jalan Transisi Energi Bali juga disepakati menjadi panduan untuk mencari solusi mencapai stabilitas pasar energi, transparansi, dan keterjangkauan. Berikut isi deklarasi terkait sektor energi:

"Kami bertemu pada saat krisis iklim dan energi, di tengah tantangan geopolitik. Kita juga sedang mengalami volatilitas harga dan pasar energi serta gangguan dalam pasokan energi," demikian paragraf yang mengawali poin ke-11 dokumen Deklarasi Bali.

G20 menggarisbawahi urgensi untuk mengubah dan mendiversifikasi sistem energi dengan cepat, mendorong ketangguhan dan keamanan energi serta stabilitas pasar, dengan mempercepat dan memastikan transisi energi yang berkelanjutan, adil, terjangkau, dan investasi inklusif. 

"Kami menekankan pentingnya memastikan permintaan energi global diimbangi oleh pasokan energi yang terjangkau," lanjut poin tersebut.

G20 juga menegaskan kembali komitmennya untuk mencapai Net Zero Emission gas rumah kaca atau netralitas karbon pada sekitar pertengahan abad.

Hal itu sambil mempertimbangkan perkembangan ilmiah terbaru dan keadaan nasional yang berbeda. 

G20 meminta dukungan berkelanjutan untuk negara-negara berkembang, terutama di negara-negara yang paling rentan, dalam menyediakan akses ke kapasitas energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern, dengan teknologi terbaru yang terjangkau dalam domain publik, kerja sama teknologi saling menguntungkan, serta pembiayaan aksi mitigasi di sektor energi.

Lalu, di poin 12 disebutkan, G20 menegaskan kembali komitmennya untuk mencapai target Sustainable Development Goals (SDG) 7 dan berupaya menutup kesenjangan energi akses dan untuk memberantas kemiskinan energi. 

Menyadari peran kepemimpinan kami, dan dipandu oleh Bali Compact dan Peta Jalan Transisi Energi Bali, G20 berkomitmen mencari solusi dalam mencapai stabilitas pasar energi, transparansi, dan keterjangkauan. 

Lalu, mempercepat transisi dan mencapai tujuan iklim dengan memperkuat rantai pasokan energi dan keamanan energi, serta diversifikasi bauran dan sistem energi.

Masih di poin yang sama, dipaparkan langkah-langkah kongkret, peta jalan yang akan dilakukan negara-negara G20 menuju NZE. 

Yaitu, pentingnya mempercepat pengembangan, penyebaran teknologi dan penerapan kebijakan transisi menuju sistem energi rendah emisi, termasuk dengan dengan cepat meningkatkan penyebaran pembangkit listrik bersih, termasuk energi terbarukan, langkah-langkah efisiensi energi.

Kemudian, upaya pensiun dini tenaga batu bara, sejalan dengan kondisi dan berdasarkan kebutuhan nasional untuk mendukung transisi yang adil.

Untuk membaca keseluruhan paragraf deklarasi Bali dapat dilihat di sini.

(NIA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement