“Kalau sudah aging, pensiun, kesehatan tidak seprima dulu, agak susah menjadi orang kaya tadi. Karena itu, kita harus menjadikan 2045 itu tidak hanya simbol 100 tahun, tapi semacam deadline yang tidak boleh terlewat,” imbuhnya.
Karena itu, menurutnya, Indonesia perlu mulai mendasarkan perekonomian pada inovasi dan bukan sumber daya alam (SDA) semata. Dengan inovasi, SDA dapat diproses agar bernilai lebih tinggi yang akhirnya berdampak positif bagi pendapatan per kapita tiap penduduk.
“Kita punya kekayaan dari biodiversity kita, misalkan untuk obat herbal yang sekarang hanya dikenal sebagai jamu atau OHT (Obat Herbal dan Tradisional). Sudah saatnya dengan riset serius, kita lahirkan obat yang bisa diresep dokter yang berasal dari bahan herbal,” ucapnya.
Ia berharap bahan baku obat-obatan yang saat ini masih impor bisa segera diganti oleh bahan baku dari dalam negeri. menurutnya, saat ini investasi di bidang kimia dasar masih belum cukup untuk menghasilkan komponen kimia yang bisa dijadikan obat.
Bambang juga berharap Indonesia tidak cepat bangga menjadi pengekspor nikel terbesar. Selain di smelter, nikel harus diolah lebih jauh lagi, misalnya menjadi baterai kendaraan listrik, agar nilainya makin tinggi.