Lebih lanjut, dari 10 besar komoditas utama ekspor, komoditas bijih logam, terak dan abu (HS 26) mengalami pertumbuhan tertinggi yakni 96,32% (yoy) menjadi sebesar USD6,35 miliar. Diikuti oleh ekspor komoditas besi dan baja (HS 72) yang juga naik signifikan mencapai 92,88% (yoy) menjadi senilai USD20,95 miliar.
“Pencapaian ini mengindikasikan pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut. Tercermin pula dari meningkatnya penciptaan nilai tambah pada sektor manufaktur. Terbukti secara kumulatif, ekspor non migas hasil industri pengolahan Januari - Desember 2021 naik 35,11% (yoy) menjadi sebesar USD177,11 miliar,” kata Menko Airlangga.
Sejalan dengan peningkatan ekspor, sisi impor Indonesia pada 2021 juga meningkat menjadi sebesar USD196,20 miliar atau tumbuh 38,59% (yoy). Struktur impor Indonesia di 2021 didominasi impor golongan bahan baku dan penolong senilai USD147,38 miliar (75,12% dari total impor), diikuti barang modal USD28,63 miliar (14,59% dari total impor), dan barang konsumsi USD20,18 miliar (10,29% dari total impor). Struktur tersebut mengindikasikan perekonomian Indonesia yang produktif melalui penciptaan nilai tambah yang lebih besar, baik untuk kebutuhan domestik maupun untuk diekspor kembali.
“Kinerja positif di 2021 ini akan terus dipertahankan Pemerintah dengan mengoptimalkan berbagai kebijakan, terutama dalam mendorong semakin banyaknya ekspor komoditas bernilai tambah,” pungkas Airlangga.
(NDA)