IDXChannel - Samantha, wanita asal Inggris ini terjebak dalam hipoteknya sejak krisis keuangan 2008. Ia bekerja sebagai manajer kantor di Swindon, memiliki hipotek dengan bunga sebesar 150 ribu poundsterling atau setara Rp2 miliar.
Pembayarannya yang semula 546 poundsterling atau setara Rp9 juta per bulan pada tahun lalu, akan naik mulai bulan depan menjadi 952 poundsterling atau Rp15 juta.
"Saya menghabiskan seluruh waktu saya dengan panik, khawatir sepanjang waktu. Saya tidak tidur hampir setiap malam," ujarnya dilansir BBC, Jumat (10/3/2023).
Samantha mendapat hipotek rumah bertingkat dengan mantan suaminya pada 1998, lalu digadaikan kembali dengan Bank Northern Rock dua dekade lalu. Ketika bank itu ambruk, pinjamannya menjadi salah satu dari ribuan yang dijual pemerintah.
Pemerintah menghasilkan 2,4 miliar poundsterling atau Rp32,5 triliun dengan menjual hipotek dari pemberi pinjaman yang bangkrut ke perusahaan investasi.
Sekitar 200.000 hipotek dijual ke perusahaan yang tidak dapat menawarkan kesepakatan baru. Banyak pemilik rumah terjebak pada tarif tinggi karena pemberi pinjaman lain tidak akan menerimanya.
"Bank of England telah menaikkan suku bunga, tetapi pemberi pinjamannya juga telah menaikkan suku bunga secara independen," katanya.
Mertin Lewis dari London School of Economics mengatakan hal tersebut telah menghancurkan kehidupan. Orang-orang dibiarkan dalam kesengsaraan finansial, fisik, dan mental, diperburuk oleh pandemi dan krisis biaya hidup yang merobek situasi mereka yang sudah mengerikan.