Sambung dia mengatakan, Jokowi menekankan bahwa perang ini terjadi karena hukum internasional tidak dihormati secara konsisten, multilateralisme ditinggalkan, dan aksi unilateralisme dikedepankan. Dia juga mengkhawatirkan, bahwa apa yang terjadi di Ukraina dapat terjadi di kawasan lain, termasuk Indo-Pasifik.
"Bapak Presiden menekankan bahwa selama lebih dari 5 dekade, kawasan Asia Tenggara menikmati perdamaian dan stabilitas. Ini karena negara-negara ASEAN bekerja keras membangun arsitektur kawasan yang mengedepankan paradigma win-win, bukan zero-sum, dan mengedepankan budaya dialog, bukan persaingan, mengedepankan kerjasama inklusif, bukan pembendungan (containment), dan hukum internasional serta nilai-nilai multilateral menjadi panglima, bukan kekuatan militer dan aksi unilateral," jelas Retno.
Dengan prinsip-prinsip tersebut, Jokowi menyampaikan bahwa kawasan ASEAN mampu mengikis trust deficit, dan mempertebal strategic trust di kawasan. Mengenai Indo-Pasifik, Jokowi mengatakan bahwa ASEAN telah memiliki ASEAN Outlook on the Indo-Pacific. Tujuannya adalah satu, memastikan keberlangsungan perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.
"Presiden menekankan tidak ingin melihat Indo-Pasifik menjadi ajang rivalitas atau proyeksi kekuatan, karena jika terjadi konflik, maka semua negara di Indo-Pasifik dan dunia akan dirugikan. Bapak Presiden juga mengajak AS untuk menjadi bagian dan jangkar perdamaian serta stabilitas di Indo-Pasifik," tambahnya.
Dia menyebutkan bahwa Jokowi juga menekankan pentingnya perdamaian, stabilitas, dan kerja sama inklusif yang saling menguntungkan di Indo-Pasifik. (TYO)