sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Langkah Antisipasi Pertamina Hadapi Kenaikan Harga Minyak Imbas Perang Hamas-Israel

Economics editor Atikah Umiyani/MPI
13/10/2023 14:28 WIB
PT Pertamina (Persero) menyatakan akan terus mengamati pergerakan harga minyak mentah global yang berpotensi mengalami kenaikan.
Langkah Antisipasi Pertamina Hadapi Kenaikan Harga Minyak Imbas Perang Hamas-Israel. (Foto MNC Media)
Langkah Antisipasi Pertamina Hadapi Kenaikan Harga Minyak Imbas Perang Hamas-Israel. (Foto MNC Media)

IDXChannel - PT Pertamina (Persero) menyatakan akan terus mengamati pergerakan harga minyak mentah global yang berpotensi mengalami kenaikan. Hal ini dilakukan lantaran perang Hamas-Israel yang semakin memanas.

Meski demikian, Pertamina berharap agar perang yang terjadi di antara keduanya tidak terlalu berdampak pada harga minyak.

"Kami terus mengamati situasi yang berkembang, diharapkan tidak terlalu berdampak," ujar VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso kepada MNC Portal Indonesia, Jakarta, Jumat (13/10/2023). 

Dia menerangkan, meski kedua negara itu bukan pemain minyak besar dunia, namun perseroan telah menyiapkan beberapa langkah antisipasi.

"Antisipasi kami yaitu melakukan optimasi sourcing feedstock seperti optimalisasi crude berupa penyerapan crude domestik dan penjajakan alternatif atau substitusi crude impor eksisting baik dari sisi jenis maupun lokasi atau produsennya," papar Fadjar. 

Sebelumnya, Industri & Regional of Chief Economist Bank Mandiri Ahmad Zuhdi menilai meletusnya perang antara Hamas Palestina dan Israel memang akan menimbulkan sentimen positif ke harga minyak dunia. 

"Tapi (sentimen positif) tersebut tidak besar. Karena permintaan minyak dunia dalam kondisi menurun karena adanya peningkatan dan kenaikan index dollar," jelasnya ketika dihubungi MNC Portal Indonesia, Selasa (10/10/2023). 

Belum lagi, lanjut Ahmad Zuhdi, pemulihan ekonomi China yang saat ini sedang terhambat. 

Ia menambahkan, dampak yang lebih besar pun bisa terjadi apabila perang ini merembet ke negara lain seperti Iran dan AS.

"Sejauh ini tidak ada dampak ke sektor lain yg berarti," imbuhnya. 

Lebih lanjut, Ahmad Zuhdi berspekulasi bahwa Iran bisa saja memberikan tekanan ke Selat Hormuz. Apabila hal itu terjadi, maka lalu lintas lapal pengangkut minyak bisa terhambat. 

Sebagai informasi, Terusan Suez dan Selat Hormuz merupakan fitur yang berdekatan dengan kawasan Palestina adalah Terusan Suez dan Selat Hormuz. 

Terusan Suez merupakan perairan internasional tersibuk di dunia dan selat Hormuz merupakan jalur vital pengiriman energi global yang meliputi seperenam produksi minyak dan seperti gas alam cair. 

Sedangkan Iran adalah negara yang memiliki power di selat Hormuz yang dicurigai memiliki andil dalam serangan Hamas yang terjadi pada Sabtu (7/10/2023) lalu.

Namun demikian, Ahmad Zuhdi memperkirakan, meskipun dalam jangka pendek minyak dunia akan mengalami kenaikan harga, namun tidak melebihi level USD95 per barel.

"Kami melihat tidak akan lebih dari USD95 per barel," tukasnya. 

(YNA)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement