Ia menambahkan salah satu kerja sama yang direalisasikan, yakni antara BPSDMI Kemenperin dengan Prospera (program kemitraan Indonesia-Australia untuk perekonomian).
Kepala Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri Kemenperin Iken Retnowulan menjelaskan bahwa Prospera telah melaksanakan asesmen berbasis gender terhadap unit pendidikan di lingkungan BPSDMI Kemenperin dengan melakukan analisis awal terhadap data dosen, guru dan mahasiswa/siswa, serta program studi.
“Hasil review data tersebut nantinya dijadikan salah satu dasar kebijakan yang akan diambil lebih lanjut untuk pengembangan vokasi industri sesuai kebutuhan industri, terutama dalam hal mewujudkan kesetaraan gender pada berbagai prodi sehingga lulusan perempuan yang bekerja di sektor industri juga menjadi penyumbang dalam peningkatan GDP di Indonesia,” papar Iken.
Menurut Iken, peran kesetaraan gender di Indonesia sangat diperlukan. “Berdasarkan Mckinsey Global Institute Report (2015), pertumbuhan kesetaraan gender sebesar 10% diyakini mampu meningkatkan GDP sebesar USD 135 juta pada 2025 dibandingkan dengan kondisi business as usual,” ungkapnya.
Sejalan dengan itu, Asisten Deputi Pengarusutamaan Gender Bidang Ekonomi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Eni Widiyanti menyampaikan, peran perempuan di bidang STEM (science, technology, engineering and mathematic) masih kurang. Perempuan juga kurang dilibatkan partisipasinya dalam dunia kerja di bidang teknologi.