“Menurut data BPS, ada sekitar 57% perempuan yang keluar dari pekerjaan. Oleh karenanya, kita membutuhkan desain pekerjaan masa depan yang fleksibel untuk membantu para perempuan dalam melakukan pekerjaannya,” ujar Eni.
Sebagai informasi, berdasarkan studi dari UNESCO pada 2015, rendahnya tingkat partisipasi pekerja perempuan di bidang industri disebabkan oleh persepsi bahwa lingkungan kerja di industri yang melibatkan pekerjaan fisik dan dominan pekerja laki-laki, sehingga tidak menarik bagi pekerja perempuan.
Sementara itu, berdasarkan Sakernas BPS tahun 2020, jumlah pekerja pada sektor industri sebanyak 17,48 juta dengan proporsi pekerja perempuan sebesar 43,68%, atau menunjukkan jumlah yang cukup tinggi. (NDA)