"Barang itu harusnya didistribusikan ke end user atau ke konsumen, ke distributor atau pedagang tapi malah ditimbun. Sehingga barang disatu tempat langka, karena langka barang naik," jelasnya.
Helfi menekankan, pihaknya sudah bekerja keras untuk mengawasi di semua titik pendistribusian mulai dari pengusaha, distributor, hingga konsumen. Namun, ia mengimbau kepada semua pemangku kepentingan untuk turut serta berkontribusi menekan mahalnya harga bawang putih ini.
"Impor yang dibutuhkan Indonesia bukan sedikit, ratusan ribu ton, beras jutaan ton. Sehingga ini titik kerawanan yang harus diawasi bukan hanya saya tapi juga KPPU dari hulu dan hilir. Bawang putih kebutuhan kita cukup besar sedangkan produksi kita hanya 5 persen, sisanya impor," tandasnya.
(SLF)